Siswa-siswi SD Al Azhar Syifa Budi,Bogor-BNR berfoto bersama tim Farah.id usai menerima pelatihan singkat menulis berita dan pengenalan kegiatan jurnalistik/Ist
Siswa-siswi SD Al Azhar Syifa Budi,Bogor-BNR berfoto bersama tim Farah.id usai menerima pelatihan singkat menulis berita dan pengenalan kegiatan jurnalistik/Ist
KOMENTAR

BAGAIMANA menumbuhkan minat  membaca dan menulis sejak dini? 

Apakah anak-anak bisa memahami apa yang dibacanya dan apa yang harus ditulisnya? 

Majalah Farah dan Farah.id, Selasa siang kemarin (3/12) berkunjung ke SD Al Azhar Syifa Budi, Bogor-BNR untuk berbagi pengalaman menulis kepada adik-adik siswa kelas 4, 5, dan 6. 

Udara yang sejuk dengan pepohonan yang rindang di sekitaran sekolah, langsung menentramkan hati tim Majalah Farah yang telah menempuh perjalanan padat Jakarta - Bogor.



Ibu Guru Desi Lisna datang menyambut dengan senyum manisnya. Guru Matematika kelas satu itu menjelaskan banwa minat menulis anak-anak asuhnya sebenarnya cukup baik. 

"Ada tugas menulis atau mengarang, dan mereka cukup bagus tulisannya," jelas Ibu Desi.

Kurangnya wadah menulis bagi anak-anak juga menjadi kendala. 

"Paling ya, nulis di buku harian atau di medsos.  Nah, di jaman socmed ini, kita harus memantau dan memberitahu anak-anak bagaimana menulis yang baik-baik di medsos," kata Ibu Desi lagi.

Sekitar 50 siswa yang terdiri dari kelas 4, 5, dan 6, telah menunggu kedatangan tim Majalah Farah.  Mereka memberikan salam dan yel yel saat tim Majalah Farah muncul di aula terbuka. Semua duduk manis lesehan dengan alas tikar dan karpet. Suasana sekitarnya tenang dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan.

"Siapa yang ingin jadi penulis?" Tim Farah yang diwakilkan oleh Kak Erin mulai bertanya. Namun, tak ada satu pun yang menjawab. Tapi ketika Kak Erin bertanya, "Siapa yang suka menulis?" hampir semua mengangkat tangannya.

Ternyata adik-adik senang menulis tetapi tidak bercita-cita jadi penulis.

"Saya mau jadi pengusaha tapi saya masih bisa menulis kan ya, Kak Erin?" tanya Dafa, siswa kelas lima. 

Adik-adik itu paham, bahwa menulis bisa di mana saja dan kapan saja, sehingga walaupun menjadi dokter, polisi, atau guru, masih tetap bisa menulis.



Hal yang tak disangka adalah ketika ditanya apa pekerjaan wartawan dan bagaimana cara kerjanya, ternyata banyak yang paham. Bahkan satu persatu maju ke depan menceritakan runut kerja wartawan, dari mulai mengumpulkan informasi, mewawancarai, sampai proses menulisnya.

"Kalau wartawan menulis tanpa narasumber bisa nggak?" itu pertanyaan cerdas dari Davi, siswa kelas empat. 

Kak Erin pun menjelaskan bahwa suatu berita memerlukan narasumber di dalamnya. 

Kemudian satu persatu adik-adik maju ke depan bermain peran peranan. Ada yang menjadi narasumber, ada yang menjadi wartawan yang pura-pura sedang mewawancarainya.

Adik-adik itu juga memiliki inisiatif dengan maju ke depan dan memberikan informasi kepada teman-temannya. 

"Nama saya Sakiya, saya mau memberikan informasi ke teman-teman semua, banwa menulis itu harus yang baik-baik dan jangan sembarangan," katanya dengan mimik yang lucu.



"Menulis juga harus ada isinya, dan isinya jangan menyakiti hati orang lain,"  sambung Alvin, disambut tepuk tangan yang meriah dari teman-temannya.

Semua nampak senang. Semua juga mendapat hadiah dari Majalah Farah.

"Wah, ternyata adik-adik pinter semua ya," puji Kak Intan,  Founder Majalah Farah.  "Rupanya semua paham bagaimana menulis yang baik, cara kerja wartawan dan proses menulisnya."

Hal itu ternyata karena di sekolah pelajaran menulis sudah diterapkan. Anak-anak diminta menuliskan pengalaman mereka juga apa yang dilihat dan dirasakannya.

"Ada pelajaran Bahasa Indonesia dengan tugas mengarang cerita, baik dongeng atau peristiwa hari-hari. Mereka sangat antutias dan nilainya lumayan baik. Jadi kami membiasakan anak-anak mencermati apa yang ada di sekitarnya," papar Kepala Sekolah, Bapak Joko Sujiarto.

"Mungkin kebiasaan itu yang akhirnya membuat mereka tahu bagaimana menulis," lanjut Kepala Sekolah.



Kak Intan menambahkan, "Untuk menulis harus banyak membaca, dan saat membaca harus yang mereka sukai sehingga mudah memahami apa yang dibacanya." 

Kunjungan berakhir pukul empat sore. Adik-adik masih sangat antutias dan masih ingin bertanya. Sayangnya, masih ada kegiatan lain yang harus mereka lakukan di sekolah. Saat itu adik-adik sedang ada acara perkemahan Life Skill Development, 3-4 Desember 2019.

"Terima kasih untuk kunjungannya, buat Tim Farah," ucap Bapak Joko sambil memberikan bingkisan kenang-kenangan. 

Hari yang indah, terima kasih juga untuk Kepala Sekolah, guru-guru, serta adik-adik yang pintar.




Potensi Tsunami Masih Ada, Warga Diminta Waspadai Erupsi Gunung Ruang

Sebelumnya

Fasilitas Kesehatan Hancur, Sebanyak 562 Warga Palestina Menderita Hemofilia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News