Ilustrasi ayah bermain dengan anak perempuannya. (Firstcry)
Ilustrasi ayah bermain dengan anak perempuannya. (Firstcry)
KOMENTAR

DALAM dinamika keluarga modern, kehadiran ayah tidak lagi cukup hanya sebatas fisik. Anak-anak membutuhkan kehadiran utuh—figur ayah yang terlibat penuh, menyimak dengan hati, dan membangun koneksi emosional yang kuat.

Menjadi ayah hadir utuh bukan perkara besar atau mahal, justru dimulai dari hal-hal kecil yang konsisten dilakukan setiap hari.

Salah satu cara nyata menunjukkan kehadiran utuh adalah meminimalkan penggunaan gawai saat di rumah. Momen pulang kerja seharusnya menjadi waktu berharga untuk membersamai anak, bukan larut dalam layar ponsel. Letakkan gadget, tatap mata anak, dengarkan cerita mereka, dan hadir sepenuh hati dalam percakapan sederhana. Anak tidak menginginkan ayah yang sempurna, mereka hanya butuh merasa penting dan didengar.

Ayah juga bisa menunjukkan kehadirannya lewat ketegasan yang lembut. Menjadi tegas tidak berarti harus membentak atau menggunakan kata-kata kasar. Justru, ketegasan yang dibalut empati akan memberi teladan yang sehat tentang bagaimana mengelola emosi dan menghargai perbedaan. Anak belajar lebih banyak dari bagaimana orang tua bertindak daripada sekadar dari apa yang dikatakan.

Sayangnya, sebagian ayah masih merasa gengsi untuk menunjukkan sisi lembut mereka—bermain bersama anak, membacakan cerita, atau sekadar memeluk tanpa alasan. Padahal, bonding emosional antara ayah dan anak adalah fondasi penting bagi rasa aman dan percaya diri anak di masa depan.

Jangan ragu untuk tertawa bersama, ikut bermain, atau bahkan memasak bareng. Ini bukan soal kehilangan wibawa, melainkan soal menciptakan kenangan yang tak tergantikan.

Menjadi ayah hadir utuh adalah proses, bukan pencapaian instan. Butuh kesadaran, waktu, dan kemauan untuk terus belajar. Namun hasilnya sepadan: hubungan yang hangat, komunikasi yang sehat, dan anak-anak yang tumbuh dengan penuh cinta dan rasa percaya diri.

Karena pada akhirnya, kehadiran ayah bukan soal berapa lama waktunya—melainkan seberapa dalam maknanya.




Karena Anak Adalah Amanah Ilahi, Bukan Investasi

Sebelumnya

Tetaplah Tenang Saat Anak Berulah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting