Ilustrasi/Inceptionfi
Ilustrasi/Inceptionfi
KOMENTAR

ADA beragam pilihan doa memohon dibukakan rezeki, kita pun diperbolehkan merangkai doa dengan bahasa sendiri. Di akhir rangkaian doa tersebut, ada baiknya menyertakan Asmaulhusna ya Razzaq, ya Fattah.

M. Quraish Shihab pada buku Doa Al-Asma Al-Husna (2011: 199) menulis, “Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu.” (arti Surat al-A’raf ayat 180)

Ayat di atas mengajak manusia untuk berdoa dengan menyebut al-Asma al-Husna yang tentu saja disesuaikan dengan kandungan permohonan. Misalnya, seseorang yang memohon rezeki, maka dianjurkan menyebut Allah dengan sifat ar-Razzaq (Pemberi Rezeki); atau jika yang dimohonkan adalah ampunan, maka sebutlah dengan sifat al-Ghafur.

Di dalam berdoa dengan nama-nama tersebut (al-Asma al-Husna) seseorang hendaknya menyadari dua hal pokok. Pertama, kebesaran dan keagungan Allah, dan kedua, kelemahan diri serta kebutuhan kepada-Nya. Di sinilah letak keberhasilan doa.

Doa yang efektif bukanlah sekadar serangkaian kata-kata yang diucapkan, melainkan ungkapan dari hati yang penuh kesadaran akan kedekatan diri dengan Sang Pencipta. Sehingga diperlukan sejumlah langkah supaya tercapai keberhasilan doa.

Pertama-tama, saat menggunakan Asmaulhusna dalam doa, pahami betapa besar dan agungnya Allah. Setiap nama dari Asmaulhusna mencerminkan kekuasaan dan kebesaran-Nya yang tak terbatas.

Misalnya, ketika kita memohon rezeki, menyebut Allah dengan sifat Ar-Razzaq (pemberi rezeki) memperkuat kesadaran kita akan kekuasaan-Nya dalam menyediakan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Dengan menyadari kebesaran-Nya, kita mengakui bahwa hanya Dia yang memiliki kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan kita.

Kedua, saat berdoa dengan Asmaulhusna, kita juga harus menyadari kelemahan dan keterbatasan diri sendiri serta kebutuhan kita kepada Allah. Meskipun manusia memiliki berbagai upaya dan kemampuan. Namun pada akhirnya, segala sesuatu datang dari Allah semata.

Dengan memadukan kebesaran Allah dan kesadaran akan kelemahan diri, doa yang kita panjatkan menjadi lebih bermakna. Kita bukan hanya mengharapkan pemberian-Nya, tetapi juga mengakui dan menghargai kebesaran serta kasih sayang-Nya.

Muhammad Chirzin dalam bukunya 40 Hiasan Mukmin (2008: 29) menjelaskan: Ar-Razzaq Maha Pemberi Rezeki, membuat berbagai rezeki dan membuat pula sebab-sebab diperolehnya. Al-Fattah Maha Pembuka, yakni membuka gudang penyimpanan Rahmat untuk seluruh hamba-Nya.

Dua dari Asmaulhusna yang menunjukkan kedermawanan dan kebesaran Allah adalah Ar-Razzaq dan Al-Fattah. Ar-Razzaq, dengan keagungan-Nya menciptakan segala bentuk rezeki di alam semesta ini. Allah memberikan rezeki kepada makhluk-Nya dalam berbagai bentuk, baik itu materi berupa makanan, pakaian, dan harta, maupun rezeki spiritual seperti petunjuk, kebijaksanaan, dan kesempatan. Tiap-tiap rezeki yang diterima manusia adalah karunia Allah yang tiada henti.

Namun, Allah tidak hanya menciptakan rezeki, tetapi juga menyediakan sebab-sebab untuk memperolehnya. Manusia diajak untuk bekerja keras dan berusaha untuk mendapatkan rezeki, namun kesadaran akan keberadaan Allah sebagai Ar-Razzaq mengajarkan manusia untuk tidak bergantung sepenuhnya pada usaha mereka sendiri. Sebab, pada akhirnya, hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala rezeki.

Di sisi lain, Al-Fattah menggambarkan Allah sebagai Maha Pembuka pintu rahmat-Nya. Allah membuka gudang penyimpanan rahmat-Nya untuk seluruh hamba-Nya tanpa terkecuali. Ketika manusia menghadapi kesulitan dan cobaan, Allah selalu memberikan jalan keluar dan solusi yang terbaik. Dialah yang membuka pintu-pintu kemudahan bagi mereka yang beriman dan berserah diri kepada-Nya.

Kedermawanan Allah sebagai Al-Fattah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap kali seseorang mengalami kesulitan, Allah selalu menyediakan jalan keluar yang tak terduga. Terkadang, Allah membuka pintu rezeki dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya, sebagai bukti dari rahmat-Nya yang tak terhingga.

Penggunaan Asmaulhusna dalam doa memainkan peran penting dalam menjalin hubungan spiritual dengan Allah. Dengan mengingat kebesaran-Nya dan kesadaran akan kelemahan diri, doa kita menjadi lebih mendalam maknanya.

Dalam upaya memperoleh kebutuhan dan menjalani kehidupan sehari-hari, doa yang disertai dengan kesadaran ini menjadi sumber kekuatan dan harapan bagi setiap manusia yang percaya kepada-Nya.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur