Prof. Dr. Haedar Nashir saat memberikan tausyiahnya di masa tenang Pemilu 2024/Dok PP Muhammadiyah
Prof. Dr. Haedar Nashir saat memberikan tausyiahnya di masa tenang Pemilu 2024/Dok PP Muhammadiyah
KOMENTAR

HIRUK pikuk kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah memasuki masa tenang. Terhitung dua hari lagi, yaitu 14 Februari 2024, masyarakat Indonesia akan memilih presiden beserta wakil presiden, juga anggota legislatif DPR dan DPD untuk periode 2024/2029.

Di masa tenang ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, memberikan tausyiahnya agar Pemilu berjalan dengan adil dan tenang, tanpa menimbulkan suasana kebencian serta permusuhan.

Berikut tausyiah Prof. Dr. Haedar Nashir yang disampaikan kepada redaksi Farah.id, melalui video berdurasi 30:25 menit:

Kampanye yang sarat dinamika politik telah berakhir dan kini kita sedang memasuki masa tenang sampai hari H. Semoga pelaksanaan pemilu berjalan baik, aman, bersih, dan sejalan dengan peraturan yang berlaku serta terhindar dari segala bentuk penyimpangan yang memancing keresahan dan ketidakpuasan publik.

Memasuki masa tenang, mari semua pihak berefleksi bagaimana menjadikan pemilu sebagai proses demoktrasi yang lebih bermakna dan tidak sekadar memenangkan kontestasi politik. Pemilu tidak sekadar siapa menang dan kalah, apalagi jika bersifat pragmatis, menggunakan berbagai cara yang bertentangan dengan agama, Pancasila, konstitusi, serta etika bernegara. Pemilu yang sarat transaksi dengan orientasi sekadar memilih demi kepentingan sesaat.

Pemilu 2024 adalah proses demokrasi untuk memilih pemimpin, baik legislatif maupun eksekutif, yang menentukan merah putihnya Indonesia. Pemilu harus mengikuti prinsip demokrasi, dari, oleh, dan untuk rakyat, serta tanpa tekanan. Merdeka dan lapang dada, sehingga hasilnya membawa kemaslahatan terbesar untuk hajat hidup rakyat sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa.

Pemilu secara konstitusional merupakan proses penting dan strategis untuk membentuk pemerintahan yang berkewajiban, berkemampuan, dan berkomitmen penuh melindungi warga Indonesia. Juga untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa berdasarkan keadilan sosial.

Bagi capres/cawapres dan anggota legislatif, pemilu harus diproyeksikan sebagai proses kebangsaan, yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan Makmur, sehingga semua cita-cita terwujud di dunia nyata, tidak hanya sekadar utopia.

Pemilu juga harus menjadi arena perekat masyarakat, kebaikan dan keutamaan hidup bersama. Hindari suasana kebencian dan permusuhan antar sesama. Semua pihak, baik elit maupun warga berintrospeksi diri, bagaimana menjadi teladan terbaik dalam berkontestasi, sebagaimana hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Jangan memilih asal memilih, terutama mementingkan duniawi.

Dari rumah besar Muhammadiyah terpancar sinar pencerahan dalam berbangsa dan bernegara, untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Manakala menyuarakan koreksi, tunjukkan dengan pikiran cerdas dan luas. Argumentasi taat aturan, dibingkai dengan ahlak manusia, serta khasanah kata-kata yang terjaga, ikuti semua dengan berasas.

Beramar makruf nahi mungkar, beradu argumen yang baik disertai kedaulatan. Bersikap adil dan korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana. Ingat, bijaksana bukan lemah, tapi menunjukkan karakter Muhammadiyah.

Ini koridor yang harus dijadikan acuan dalam kehidupan berorganisasi. Junjung tinggi marwah Muhammadiyah dengan menjunjung tinggi prinsip dan aturan. Hindari sikap dan langkah sendiri-sendiri yang menyempal dari aturan koordinasi.

Semoga allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua dan Indonesia menjadi negara yang diberkahi Allah.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News