Komunitas Lima Gunung menganugerahi Lima Gunung Award kepada Jaya Suprana. Anugerah tersebut diberikan atas kontribusi positifnya bagi perkembangan kebudayaan, kemanusiaan, dan kebangsaan/Ist
Komunitas Lima Gunung menganugerahi Lima Gunung Award kepada Jaya Suprana. Anugerah tersebut diberikan atas kontribusi positifnya bagi perkembangan kebudayaan, kemanusiaan, dan kebangsaan/Ist
KOMENTAR

BUDAYAWAN dan pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) Jaya Suprana, begitu mengapresiasi Lima Gunung Award yang diberikan Komunitas Lima Gunung atas kontribusinya dalam memelihara keterpaduan ilmu, seni, budaya, dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Jaya merasa bangga karena ini kali pertama dirinya mendapatkan penghargaan dari masyarakat pedesaan, yang diprakarsai oleh tokoh seniman pedesaan.

“Selama ini, saya sering kali memberikan penghargaan kepada banyak pihak yang memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kebudayaan, kemanusiaan, dan kebangsaan, tidak terkecuali kepada masyarakat pedesaan. Penghargaan Lima Gunung Award ini sangat bermakna bagi saya yang senantiasa sadar bahwa peradaban Nusantara bukan berakar pada kebudayaan perkotaan, tetapi pada kebudayaan pedesaan,” ujar Jaya Suprana, yang tidak bisa hadir langsung dalam ajang penghargaan ini.

Jaya melanjutkan, masyarkaat pedesaan sudah hadir di persada Nusantara jauh sebelum Republik Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya oleh Bung karno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945.

Menurutnya, desa bisa hadir tanpa negara, namun tanpa desa mustahil ada negara. Bangsa yang besar adalah bangsa yang senantiasa sadar bahwa peradaban dirinya berakar pada kebudayaan masyarakat pedesaan.

Garin Nugroho saat menerima penghargaan Lima Gunung Award di Magelang, Jawa Tengah/Net

Penghargaan Lima Gunung Award juga mengakui Jaya Suprana sebagai seorang budayawan dan seniman yang memberikan perhatian besar pada konservasi nilai-nilai adiluhung, yang berakar dari pedesaan Nusantara.

Selain Jaya Suprana, penghargaan tertinggi dari Komunitas Lima Gunung ini juga diberikan kepada Bhante Sri Pannavari Mahathera sebagai Kepala Dewan Shangha Theravada Indonesia. Lalu, sieas Garin Nugroho, pemusik Franki Raden, pimpinan Ponpes Raudlatul Thalibin Rembang KH Mustofa Bisri, dalang Topeng Losari Nuranani, Wardah Hofidz, penemu ajaran Budi Daya Mei Kartawinata, dan Amat Sukandar sebagai wartawan majalah berbahasa Jawa.

Lalu, pendiri Padepokan Seni Tjipto Boedaja Lereng Merapi alm Raden Romo Yoso Soedarmo, seniman alm Suprapto Suryodarmo, dan pelukis asal Cirebon alm Rastika.

Penghargaan Lima Gunung Award diberikan kepada penerima dalam Festival Lima Gunung XII di Dusun Sudioro, Desa Baleagung, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (27/8).

Komunitas Lima Gunung adalah kelompok budaya yang dimotori sejumlah sediman pedesaan seperti Sutanto Mendut, Sitras Anjilin, Ismanto, Hari Atmoko, Endah Pertiwi, Supardi Heryanto, dan Sujono.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon