Pink ribbon, simbol perjuangan melawan kanker payudara sebagai nomor satu yang mematikan bagi perempuan/Pixabay
Pink ribbon, simbol perjuangan melawan kanker payudara sebagai nomor satu yang mematikan bagi perempuan/Pixabay
KOMENTAR

ASIA Pasific Women’s Cancer Coalition menggelar webinar bertajuk “Empower Her: Advancing Women’s Cancer Care in Asia Pasific” pada Selasa (22/8/2023).

Webinar menghadirkan Karan Kampani (Roche), Dr. Somesh Kumar (Jhpiego India), Heather White (TogetHER for Health), Dr. Kirstie Graham (UICC), dan Deepti Saraf (Roche, APAC Women’s Cancer Coalition). Agenda webinar adalah membahas tantangan deteksi dini kanker bagi perempuan, khususnya kanker payudara dan kanker serviks.

APAC Women’s Cancer Coalition, berdasarkan penelusuran Farah.id, merupakan koalisi yang menyerukan komitmen lebih besar dalam mengatasi kesenjangan guna mendukung negara-negara di dunia mencapai target nasional pencegahan dan pengendalian kanker yang telah ditentukan WHO.

Koalisi inilah yang kini aktif menyerukan negara-negara di Asia Pasifik untuk mengidentifikasi, menciptakan, dan terus mengupayakan kemajuan dalam pencegahan dan pengendalian kanker—khususnya bagi perempuan.

Para narasumber berbagi pemikiran dan pengalaman langsung mereka tentang cara terbaik untuk mengkatalisasi kemitraan yang bermakna untuk meraih peluang dan mengatasi tantangan struktural dalam mengakses layanan perawatan kanker bagi perempuan.

Latar belakang dilaksanakannya webinar ini adalah sebuah laporan bertajuk “Impact and opportunity: the case for investing in women’s cancers in Asia Pasific” yang menunjukkan bahwa angka kanker payudara di Asia diprediksi naik 20,9 persen dalam rentang tahun 2020-2030. Adapun jumlah kanker serviks diperkirakan meningkat hingga 18,9 persen.

Salah satu penyumbang kenaikan kasus kanker pada perempuan itu adalah perempuan di negara berpendapatan rendah dan menengah yang dianggap tidak mempunyai kesadaran tinggi untuk melakukan skrining, diagnosis, pengobatan, serta perawatan yang tepat waktu dan berkualitas.

Atas dasar itulah, strategi nasional menjadi penting agar upaya pencegahan kanker payudara dan kanker serviks dapat berjalan maksimal. Dan tentunya disertai sosialisasi terkait pemahaman komprehensif dan pendekatan yang ramah pasien sesuai standar WHO.

“Menurut saya, masalahnya adalah karena sudah terlambat. Perempuan biasanya menunggu sampai benar-benar merasakan sakit baru kemudian mendatangi layanan kesehatan,” ujar Karan Kampani dari Roche Asia Pasifik.

Untuk mencegah keterlambatan diagnosis kanker, maka diperlukan skrining dini kanker bagi perempuan sekaligus mempermudah akses perempuan ke layanan kesehatan. Skrining dini akan membantu kaum perempuan secara keseluruhan.

Untuk lebih mendekatkan perempuan kepada akses layanan kesehatan untuk melakuan skrining dini kanker, salah satu caranya adalah dengan menyiapkan strategi nasional. Strategi ini mencakup pendataan perempuan dan pemeriksaan yang dilakukan serentak dan secara berkala.

Tak hanya dari sisi pasien, narasumber lainnya yaitu pimpinan Jhpiego India Dr. Somesh Kumar juga menyoal tantangan dari sisi kecakapan tenaga kesehatan yang bertugas di layanan kesehatan.

“Agar skrining kanker akurat dan tepat hasilnya, diperlukan kecakapan tenaga kesehatan, artinya harus ada peningkatan kapabilitas perawat dan tenaga medis lain yang melakukan skrining,” tegas Dr. Somesh.




ParagonCorp Gelar Kelulusan Women’s Space Bersama 10 Perempuan Penggerak di Jakarta

Sebelumnya

Universitas Mercu Buana Sumbang Dua Sumur Resapan di Masjid At Tabayyun

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E