KOMENTAR

SUDAH lama suaminya meninggal dunia, tapi perempuan itu tidak kunjung move on. Kesibukannya yang benar-benar padat tidak membuat dirinya bangkit dari kenangan. Media sosial yang dimilikinya hanya dijejali kenangan-kenangan manis bersama sang kekasih hati. Tanpa sungkan pula dia membagikan video saat menyanyi dengan haru biru di hadapan foto besar suaminya.

Beberapa pria sudah mulai mendekatinya, di antara mereka bahkan sudah mengajak kepada hubungan sangat serius. Akan tetapi, hati perempuan tersebut tidak kunjung mampu diisi oleh yang lain.

Kehilangan itu tidak mudah dihapuskan. Dan kalau mau mengakui secara ksatria, memang tidak gampang mencari pengganti yang lain, yang kualitas kepribadiannya sehebat almarhum.

Sepeninggal suaminya, yang dilakukan dan diekspresikan perempuan tangguh itu hanyalah untaian kenangan. Apakah itu sesuatu yang berguna?

Manusia memang tidak bisa hidup di masa lalu, tetapi jangan dipungkiri bahwa kenangan juga dapat menyuntikkan energi.  Sebagaimana Nabi Muhammad saw. juga menjalani hidupnya bersama kenangan manis. Namun, beliau tidak pernah terpuruk oleh kenangan, justru kenangan yang menyemangati hidup dan perjuangannya.

Abdul Mun'im Muhammad dalam bukunya Ummul Mukminin Khadijah (2020: 269) mengungkapkan:

Tetapi, baginda tetap tidak boleh melupakan Khadijah. Baginda selalu memuji dan mendoakannya di hadapan istrinya yang lain. Aisyah, satu-satunya perempuan yang masih gadis semasa dinikahi baginda Nabi.

Aisyah pernah berasa sangat cemburu dan diceritakan, “Aku tidak pernah berasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah sering menyebut dan mengingatinya. Ketika menyembelih seekor kambing, baginda selalu memotong sebagian daging dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.”

Aku pernah berkata kepada Rasulullah, “Seperti tidak ada perempuan lain di dunia ini selain Khadijah.”

Rasulullah menjawab, “Khadijah itu begini dan begitu, dan daripadanyalah aku memperoleh anak.”

Pada waktu yang lain ketika Aisyah sedang cemburu dengan Khadijah, baginda pernah berkata, “Aku dikaruniakan oleh Allah rasa cinta yang mendalam kepadanya.”

Biasanya, kematian orang tercinta merupakan momen yang penuh kesedihan bahkan keterpurukan. Hanya saja, bagi beberapa orang, kenangan tentang orang tercinta yang sudah meninggal justru menjadi penyemangat hidup. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kenangan seperti itu dapat memberikan motivasi, energi dan inspirasi:

Pertama, menghargai warisan

Kenangan tentang orang tercinta yang telah wafat mengingatkan kita tentang warisan yang ditinggalkannya berupa nilai-nilai kebajikan. Kenangan macam itulah yang dapat menjadi motivasi untuk melangkah maju, bahkan menjadikannya sebagai panduan untuk tumbuh dan berkembang.

Kedua, sumber inspirasi

Orang tercinta yang sudah meninggal dunia seringkali meninggalkan jejak yang kuat dalam hidup kita. Kenangan tentang mereka dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk mengambil langkah-langkah berani dalam mengejar impian kita.

Ketiga, menghargai waktu

Kepergian orang tercinta sejatinya pengingat penting tentang keberlakuan waktu yang terbatas dalam kehidupan kita. Ini dapat memotivasi kita untuk menghargai setiap momen yang dimiliki, dan teguh dalam mengambil tindakan-tindakan yang positif.

Keempat, mengatasi rintangan

Kenangan tentang orang tercinta yang sudah tiada dapat memberikan kekuatan dan ketabahan saat menghadapi rintangan dan kesulitan dalam hidup. Mereka bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak menyerah, mengatasi rasa putus asa, dan melanjutkan perjuangan dalam menghadapi segala tantangan.

Kelima, menghargai hubungan

Kenangan tentang orang tercinta yang telah pergi mengingatkan kita tentang pentingnya hubungan cinta dalam hidup. Hal ini dapat mendorong kita untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang terdekat kita, menghargai waktu bersama, dan menunjukkan kasih sayang kepada mereka.

Melalui kenangan tentang orang tercinta yang telah tiada, kita dapat menemukan kekuatan dan inspirasi untuk menjalani hidup dengan penuh semangat. Kita akan lebih mampu menghargai setiap momen, dan meneruskan warisan mereka dengan cara yang bermanfaat. Bahkan kita akan lebih menghargai kekuatan cinta yang tanpa batas.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur