Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

DI zamannya, artis ini begitu termasyhur. Kecantikannya sebagai gadis blesteran menjadi pujaan banyak orang. Tapi kini sangat berbeda, sudah banyak kerutan muncul di wajahnya. Dia terlihat begitu cepat menua, bahkan lebih tua dari usia yang sebenarnya. 

Di tengah hebohnya komentar warganet, sang artis menyikapi dengan santai. Ia justru menegaskan, menua merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja. Pernyataannya langsung menjadi sindiran telak terhadap mereka yang acapkali mengusilinya. Jika sang artis tidak mempermasalahkan, lantas buat apa orang-orang memperdebatkan penuaan itu?

Viralnya video tersebut sebetulnya cukup mempunyai daya tarik, mengingat biasanya orang cemas dengan penuaan. Hendaknya setiap orang memahami, bahwa dirinya tidak mungkin menolak penuaan. Kosmetika semahal apapun, perawatan tubuh mewah sekalipun, ataupun teknologi operasi plastik paling mutakhir, tidak akan pernah berhasil menolak yang namanya penuaan. Setiap detik yang berdetak adalah perjalanan kita semua menuju masa tua. 

Sekiranya warganet berkomentar, si artis cantik sudah seperti nenek-nenek, maka ketahuilah bahwa Rasulullah juga pernah mengomentari seorang nenek tua. Bahkan setelah mendengar komentar Nabi Muhammad, si nenek malah pergi berurai air mata. Apakah yang terjadi?

Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam buku Al-Itqan fi Ulumil Qur’an (2021: 352) bercerita, At-Tirmidzi meriwayatkan di dalam kitab asy-Syama'il dari Hasan bahwa dia berkata, ada seorang nenek-nenek berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah untukku agar kelak aku masuk surga.”

Beliau bersabda, “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki nenek-nenek.” 

Nenek-nenek itu kecewa, lalu pergi sambil menangis. 

Maka Rasulullah Saw bersabda, “Susul nenek-nenek itu dan kabarkan kepadanya bahwa dia tidak dapat memasuki surga dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan’.” (arti surat al-Waqi’ah ayat 35-36)

Penuaan sangat rentan menimbulkan rasa sensitif yang begitu rapuh. Lihatlah dalam kisah Rasulullah di atas, perempuan tua itu langsung saja pergi bercucuran air mata mendengar tidak ada nenek-nenek di surga. 

Patahlah harapannya. Musnahlah impiannya. Sudahlah dirinya kehilangan segarnya kecantikan di masa muda, sudahlah dirinya melalui pahitnya kerutan-kerutan penuaan, ternyata pintu surga pun tidak terbuka untuk dirinya.

Semalang itukah nasib menjadi perempuan tua? Apakah pintu surga pun menutup diri disebabkan ketuaannya?

Terlebih dulu kita perlu memahami, di antara wanita yang menua bisa saja akan lebih sensitif. Jadi, tolonglah bersikap hati-hati dan ucapkanlah perkataan yang menghargai perasaan mereka. Kalau perempuan tua itu ngambek, maka teladanilah apa yang dilakukan Rasulullah, yakni dengan cara memberikan pengertian yang bijak.

Surga tidak pernah menolak perempuan yang sudah tua. Karena fisik tidak pernah menjadi standar kualifikasi penghuni surga. Kabar baiknya, nenek-nenek renta pun berubah menjadi gadis perawan nan jelita begitu dirinya masuk surga. 

Sadarilah bahwa surga merupakan tempat terbaik dan penghuninya dipastikan berada dalam kondisi yang terbaik pula. Jadi, tidaklah mengheran apabila nenek-nenek pun bisa menjelma bak dara jelita. Atas izin Allah, segala kebaikan akan terwujud di jannah-Nya.

Semoga penjelasan dari hadis Rasulullah di atas dapat lebih menguatkan hati bagi siapapun yang sedang menjalani proses penuaan. Tidak ada yang perlu dicemaskan dengan masa tua yang memang terjadi secara alamiah. Toh, harapan itu terbentang di hadapan, bahwa semua penghuni surga akan dikembalikan Tuhan menjadi rupa terbaiknya.

Masa tua itu sendiri tidak akan sepi dari berbagai kecemasan, seperti tubuh yang ringkih dan kian rentan dihinggapi berbagai macam penyakit, keterbatasan sumber daya diri membuat kondisi finansial ikut menurun. Belum lagi ujian terberat yang hadir di dalam diri sendiri berupa tekanan psikologis atas penuaan yang belum seutuhnya diterima hati. 

Namun, bersama Allah Swt kita akan menerima semua romantika masa tua dengan hati yang bersyukur. Karena tidak semua manusia berhasil melalui masa tua dengan kelapangan jiwa. Semoga keimanan pada Allah menjadikan modal bersyukur itu terasa membahagiakan.

Bersama Allah, kita menjalani detik per detik penuaan diri dengan kekuatan kesabaran. Karena tidak semua orang yang menua mampu melalui proses itu dengan kekuatan hati. Semoga keteguhan hati kita bersama Allah menjadikan modal kesabaran tersebut kian membaja.

Oleh sebab itu, jadikanlah masa tua ini sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri pada Allah Swt dengan menjadi hamba-Nya yang kian hari semakin taat. Sehingga kita memperoleh energi batin untuk mensyukuri proses alamiah penuaan, tanpa resah dengan komentar siapapun.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur