Cegah DBD. Seorang jumantik dan anggota TNI memeriksa jentik-jentik nyamuk/Net
Cegah DBD. Seorang jumantik dan anggota TNI memeriksa jentik-jentik nyamuk/Net
KOMENTAR

SAHABAT Farah tahu tidak, panas yang terjadi belakangan ini tidak hanya membuat gerah dan kulit seperti terbakar. Ternyata, cuaca panas yang disebabkan perubahan iklim ini mendatangkan penyakit berbahaya.

Salah stunya adalah demam berdarah yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti. Disaat cuaca panas seperti sekarang, ternyata frekuensi gigitan nyamuk dengue bisa naik tiga sampai lima kali lipat. Nyamuk-nyamuk tersebut semakin mengganas.

Mengutip laman Instagram @kemenkes_ri, sejak 1968 kasus DBD meningkat tajam saat adanya El Nino. Pada situasi tersebut, suhu udara meningkat (semakin panas) dan nyamuk dengue akan semakin ganas jika berada di suhu panas dengan frekuensi gigitan 3-5 kali.

Untuk itu, masyarakat diminta waspada karena El Nino bisa terjadi kapan saja di tahun ini.

Data Kemenkes menunjukkan, kasus DBD periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap November dengan puncak kasus di Februari. Tahun lalu, misalnya, ada 131.265 kasus DBD dan 50% terjadi pada anak umur 0-14 tahun. Dari jumlah tersebut, terjasi 1183 kematian, di mana 73% terjadi pada anak usia 0-14.

Ada lima provinsi dengan sebaran DBD tertinggi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta.

Aktivitas nyamuk DBD

Nyamuk dengue aktif menggigit di saat terang, antara pukul 08.00 hingga 10.00 dan menjelang sore, sekitar pukul 15.00-17.00. Masa inkubasi nyamuk dengue adalah 5 sampai 10 hari, dengan rata-rata menimbulkan gejala pada 7 hari semenjak gigitan.

Adapun gejala-gejala yang muncul adalah:

  • Demam mendadak tinggi 2-7 hari
  • Pusing atau sakit kepala
  • Mual dan kadang muntah
  • Sakit perut
  • Tulang sendi terasa ngilu dan nyeri otot
  • Diare
  • Pendarahan (bintik-bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah)
  • Tangan dan kaki dingin, lembab, lemah, serta tidur terus.

Pencegahan DBD

Sejak dulu, pencegahan utama dan terbaik dari DBD adalah pemberantasan sarang nyamuk, bukan dengan fogging. Pemberantasan sarang nyamuk bisa dilakukan dengan Gerakan 3M, yaitu menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas.

Plus, mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue dengan menanam tumbuhan pengusir nyamuk.

Teknologi Walbachia juga efektif mencegah DBD. Teknologi ini dilakukan dengan upaya melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk, sehingga virusnya tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Langkah ini sudah dilakukan di lima kota di Indonesia dengan kasus DBD tertinggi.

Pencegahan lainnya adalah melalui vaksin DBD. Saat ini ada dua jenis vaksin yang sudah mempunyai izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran, antara lain Vaksin Dengvaxia dan Vaksin Qdenga.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News