TUMPUKAN sampah yang dihasilkan oleh masyarakat pelaku usaha perhotelan, restoran hingga rumah makan kecil selain memicu aroma tak sedap juga akan mempengaruhi citra Kota Yohjakarta sebagai lokasi wisata.
Karena itu, Pemerintah Daerah Istimewa Yogjakarta melalui Dinas Pariwisata mengimbau kepada pelaku usaha untuk peduli pada sisa produksi.
"Saat Ramadan seperti ini misalnya, saat ada makanan masih tersisa banyak di hotel-hotel, padahal waktu berbuka sudah lewat, bisa ditawarkan dengan harga khusus yang miring agar habis," kata
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo saat peluncuran Consumindful, gerakan yang mengajak publik mengurangi sampah makanan di Yogyakarta, Selasa, (4/4/2023).
Singgih juga mengingatkan bahwa Yogyakarta hidup dengan basis industri pariwisata, tak bisa tutup mata lagi dengan persoalan sampah yang belakangan makin kerap mencuat.
Terutama ketika Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan yang menampung sampah dari tiga wilayah yakni Kabupaten Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta kini sering overload hingga sampah di depo-depo bisa tak terangkut berhari-hari.
Padahal, di DIY terdapat sedikitnya 1.709 usaha hotel dan akomodasi dan kunjungan wisatawan pada 2022 kembali mendekati normal atau berkisar 7 juta dalam setahun.
Singgih juga mengatakan persoalan kultur perlu menjadi hal yang jadi perhatian berkaitan banyaknya sampah sisa makanan.
"Ada budaya kita lebih baik menyediakan makanan dalam jumlah berlebih dalam suatu acara karena merasa tidak enak jika kurang, ini harus dilihat dari perspektif lingkungan," demikian Singgih.
KOMENTAR ANDA