Ilustrasi stunting/Net
Ilustrasi stunting/Net
KOMENTAR

PEMERINTAH Kota Bekasi terus berupaya menurunkan angka stunting dan gizi buruk pada anak. Sejumlah inovasi program perangkat daerah dilakukan untuk mendukung upaya tersebut.

Perangkat daerah yang terlibat dalam penanggulangan stunting di Kota Bekasi di antaranya Bappelitbangda, Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, Disperkimtan, Dinas Pendidikan serta Dinas Sosial.

Upaya dari Pemkot Bekasi ini menunjukkan hasil positif, adanya penurunan stunting, dari 2019 hingga 2022.  Tahun kemarin jumlah anak yang mengalami stunting sebanyak 4.575 atau 3,4 %, sedangkan target nasional sebesar 18,4 %. Angka tersebut menurun dibandingkan data 2021, sebesar 7,9%.

Dari setahun terakhir ini terjadi penurunan angka stunting sebesar 5,5%. Untuk target RPJMD Kota Bekasi pada 2022, prevalensi stunting sebesar 9,8%.

Pemerintah sendiri secara berkelanjutan melaksanakan kegiatan Studi Status Gizi Indonesia (2021 dan 2022). Kegiatan tersebut adalah survey status gizi pada sampel balita di seluruh Indonesia, termasuk Kota Bekasi.

Pada 2021 Kota Bekasi menempati posisi terendah ke dua se-Jawa Barat dengan prevalensi stunting 13,8%, sedangkan pada 2022 Prevalensi Stunting Kota Bekasi terendah se-Jawa Barat dengan hasil capaian sebesar 6%.

Pada 2022 juga tercatat data kondisi wasting menurun pada anak sebesar 3,9% atau 5.145 anak, sedangkan target nasional sebesar 7,5%. Dan kondisi underweight tercatat 4,8% atau 6.374 anak, dari target nasional sebesar 18,4%.

Penanganan stunting sendiri difokuskan di 29 kelurahan (2022), 46 kelurahan (2023) dan 56 kelurahan (2024).

Pelaksanaan intervensi dan gizi spesifik (30%) dilakukan terhadap sejumlah sasaran, yakni anak usia 0-23 bulan, pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan pada ibu hamil serta menyusui. Sasaran dengan usia lainnya yaitu pada anak usia 24-59 bulan dan remaja putri serta perempuan usia subur.

Target anak balita dengan pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian vitamin A, pemberian makanan tambahan pemulihan anak kurus, dan penatalaksanaan gizi buruk.

Adapun Intervensi gizi sensitif (70%) dilakukan dengan peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak, kemudian program peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, program peningkatan akses pangan bergizi, hingga program peningkatan penyediaan air, dan sanitasi.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News