KOMENTAR

TAK banyak dari kita menyadari bahwa pekerjaan paling nikmat di dunia ini adalah menyalahkan orang lain.

"Gara-gara si A, hancur semuanya."

"Itu ulah si B!"

Intinya, "semua orang bisa salah kecuali saya. Kalau saya salah, itu pasti karena orang lain." Begitu kira-kira prinsip orang yang selalu menyalahkan orang lain.

Ketika kita menghadapi sebuah masalah, entah mengapa kita akan mempertanyakan "siapa yang salah?" Tak pelak, kita pun mencari cara untuk menyalahkan orang lain.

Jika yang terlihat oleh orang lain adalah kita yang bersalah, kita akan mati-matian menyebutkan minimal satu nama yang menyebabkan kita salah. Intinya, kembali pada prinsip di atas:  Kalau saya salah, itu pasti karena orang lain. Nah!

Siapa orang yang bisa menjalankan pekerjaan paling nikmat di dunia ini?

Dia adalah seorang pengecut.

Hanya pengecut yang tidak mau mengakui kesalahannya. Tidak mau berpikir logis dan menolak untuk memahami kondisi.

Seorang pengecut memilih untuk kabur ketika masalah datang. Mencari sasaran empuk untuk disalahkan. Menikmati saat orang lain dimarahi atau dicaci. Ia selalu mencari alasan agar luput dari status trouble maker.

Padahal, berbuat salah sejatinya bukan melulu hal yang hina. Berbuat salah pada hakikatnya adalah sebuah jalan untuk menjadi lebih baik.

Ketika kita berbuat salah, kita akan berpikir bagaimana caranya agar tidak mengulanginya. Kita akan mencari cara untuk memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Kita berintrospeksi. Kita tak segan meminta nasihat dan bantuan orang lain untuk mencari solusi terbaik.

Sama dengan kegagalan, yang seharusnya memacu kita untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, kesalahan bukanlah aib yang harus ditutupi.

Mengakui kesalahan atau menerima kegagalan adalah bukti kita bisa mendewasa dalam bersikap.

Sebaliknya, ketika kita memilih untuk melakukan pekerjaan paling nikmat di dunia (baca: menyalahkan orang lain) maka kita merasa kita yang paling benar. Tanpa sadar, kesombongan pun menyeruak. Sudahlah pengecut, sombong pula.

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imran: 135)

Semoga kita dijauhkan dari hobi menyalahkan orang lain. Karena hanya manusia bermental pengecutlah yang sanggup melakukan pekerjaan paling nikmat—namun paling hina—di dunia itu.




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur