Atase Keuangan Republik Korea untuk ASEAN Teakdong Kim, saat menjadi pembicara di sesi 1 Seminar Internasional Korea-ASEAN dengan tema “(Eco)nomic Recovery Strategy”/Dok RMOL
Atase Keuangan Republik Korea untuk ASEAN Teakdong Kim, saat menjadi pembicara di sesi 1 Seminar Internasional Korea-ASEAN dengan tema “(Eco)nomic Recovery Strategy”/Dok RMOL
KOMENTAR

KEBIJAKAN baru Korea Selatan (Korsel) yang disebut dengan Korea-ASEAN Solidarity Initiatives (KASI) disebut pengamat politik dari Universitas Padjajaran Bandung Teuku Rezasyah, bukanlah strategi persaingan global, melainkan strategi untuk membangun perdamaian dan kesejahteraan dunia, dan diharapkan dapat mendorong kreativitas dalam mewujudkan hal itu.

“Netralitas ASEAN di tengah persaingan di kawasan harus tetap berpegang teguh pada Perspektif ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP),” kata Teuku Reza saat menjadi pembicara di sesi 2 Seminar Internasional Korea-ASEAN dengan tema “Strengthening Korea-ASEAN Centrality for Indo-Pacific Peace”.

Di sesi sebelumnya, dosen LSPR Jakarta Abhiram Singh Yadav mengatakan, strategi baru ASEAN Centrality dengan dukungan inisiatif Korea akan menentukan dengan jelas bagaimana dan sejauh mana negara-negara ASEAN dan major powers lainnya dapat bekerja sama dengan China dalam konteks yang inklusif.

Menanggapi ini, Atase Keuangan Republik Korea untuk ASEAN Teakdong Kim menjelaskan, berbagai hal dapat dilakukan untuk membangun sektor keuangan yang inklusif di ASEAN. Misalnya, membangun sistem yang dapat mendukung pelaku sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di ASEAN. Atau, membantu transformasi bank lokal/perdesaan menjadi bank digital dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan platform bersama yang diperlukan.

Korea Selatan juga memiliki komitmen untuk menyediakan program konsultasi dan pelatihan yang disesuaikan dengan kondisi dan aturan otoritas keuangan negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, juga perlu dikembangkan kerjasama ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) untuk memantau risiko keuangan di kawasan dan menemukan proyek kerja sama yang potensial.

Seminar Korea-ASEAN dihadiri 200 peserta

Peserta seminar internasional “Korea-ASEAN Solidarity Initiatives: Epicentrum Peace and Prosperity the Indo-Pacific” 

Seminar internasional yang diselenggarakan Korea Center of RMOL ini dibagi dalam dua sesi. Sebagai pembicara dalam sesi pertama yang bertema “(Eco)nomic Recovery Strategy” adalah Direktur Negosiasi ASEAN Kementerian Perdagangan Dina Kurniasari, Atase Keuangan Republik Korea untuk ASEAN Teakdong Kim, dan Dosen London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, Abhiram Singh Yadav.  Sementara moderator dalam sesi ini adalah Ketua Prodi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Faisal Nurdin Idris.

Adapun sesi kedua yang bertema “Strengthening Korea-ASEAN Centrality for Indo-Pacific Peace” diisi oleh Direktur Kerjasama Politik Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri Faizal Chery Sidharta, Dosen Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Haripin, serta moderator Dosen Universitas Pertamina Novita Putri Rudiany.

Tidak kurang dari 200 mahasiswa dan pelajar menghadiri seminar ini secara langsung di Auditorium Griya Legita yang berada di lantai 3 Universitas Pertamina, dan sekitar 90 peserta lainnya hadir secara daring.

Selain menggelar seminar internasional, kegiatan untuk mempromosikan KASI ini juga diisi dengan lomba karya tulis tingkat nasional untuk kategori pelajar SMA/sederajat dan mahasiswa.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News