KOMENTAR

BAGI perempuan yang mengalami keguguran, pemulihan emosional tak kalah penting dari pemulihan secara fisik.

Sebagian besar waktu pemulihan akibat keguguran memang membutuhkan istirahat fisik. Namun demikian, kualitas istirahat fisik sangat ditentukan oleh kondisi mental perempuan tersebut.

Pemilihan fisik bisa jadi lebih cepat dari pemulihan psikologis. Emosi yang berbeda-beda membuat setiap perempuan bereaksi berbeda terhadap keguguran yang dialami.

Kehilangan bayi menyebabkan berbagai emosi yang luas dan kompleks. Emosi seorang perempuan (dan pasangannya) dapat berkisar dari keterkejutan, mati rasa, kesedihan, keputusasaan, rasa bersalah, rasa malu, kemarahan, bahkan kecemasan.

Banyak perempuan mempertanyakan diri sendiri apakah mereka melakukan sesuatu yang menyebabkan keguguran. Mereka menganggap diri mereka gagal lalu menganggap diri mereka kurang sebagai perempuan.

Setiap orang berduka secara berbeda setelah keguguran dan setiap orang membutuhkan berbagai bentuk dukungan. Telah diketahui dengan baik bahwa perempuan dan pasangannya yang mengalami keguguran berisiko mengalami reaksi psikologis berat yang berkepanjangan, termasuk gangguan stres pascatrauma.

Pemulihan psikologis tidak terjadi secara linier. Terkadang, keterkejutan dan emosi kehilangan dapat mereda seiring berjalannya waktu, dengan sedikit pemicu yang dapat menimbulkan rasa bersalah atau sedih.

Salah satu contoh umum adalah ketika pasangan berdamai dengan kehilangan mereka. Namun, ketika mereka mulai merasa lebih baik, mereka dapat mengartikan proses berduka sebagai "melupakan" bayi mereka yang hilang sehingga mereka kemudian diliputi rasa bersalah.

Karena itulah, pasangan suami istri jangan ragu untuk mencari bantuan profesional (psikolog) jika perasaan berduka sudah mengganggu kehidupan mereka, bahkan mengarah pada perilaku tak sehat dan tak terkendali yang tak hanya merusak diri sendiri tapi juga merusak hubungan dengan orang lain.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Jika kita mengalami keguguran atau mengenal seseorang yang mengalami keguguran, kita bisa melakukan beberapa hal berikut ini untuk membantunya.

#Tidak perlu terburu-buru untuk merasa lebih baik. Kita harus mampu mengenali emosi dan mengakuinya sebagai bagian dari proses pemulihan. Hal ini berlaku bagi calon ibu maupun calon ayah. Setiap orang bisa bangkit dari trauma dalam waktu yang tidak sama. Tak perlu 'berlomba' untuk tahu siapa yang paling cepat pulih dari trauma.

#Membicarakan perasaan. Seorang calon ibu yang mengalami keguguran mungkin akan mengalami kebingungan tentang apa yang harus dia lakukan. Saat inilah sangat dibutuhkan kehadiran keluarga atau sahabat sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan hingga mulai menata kembali hari-harinya.

#Saling mendukung. Suami istri yang sama-sama memahami apa yang dirasakan harus saling mendukung untuk bisa bangkit dari perasaan sedih. Jangan sampai suami dan istri berjalan sendiri-sendiri untuk menjalani healing.

#Tidak menutup 'pintu' untuk keberkahan di masa depan. Sesedih apa pun, kita harus bisa menumbuhkan semangat dan optimisme tentang apa yang ditawarkan kehidupan ini. Jangan sampai kita mengutuk diri dan menutup diri dari pergaulan dan jangan pula menolak keindahan yang singgah di hidup kita.




Benarkah Cuaca Panas Ekstrem Berbahaya Bagi Penderita Diabetes?

Sebelumnya

Yuk, Lindungi Mata dari Bahaya Sinar UV

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health