Jangan sampai self reward berubah menjadi impulsive buying/Net
Jangan sampai self reward berubah menjadi impulsive buying/Net
KOMENTAR

SELF reward diartikan dengan memberikan hadiah kepada diri sendiri. Reward tersebut bisa dalam bentuk apa saja, salah satunya belanja. Sudah kodratnya perempuan jika berbelanja atau shopping bisa menjadi hadiah yang sangat berarti.

Sayangnya, alih-alih ingin memberikan hadiah pada diri sendiri setelah sebulan penuh bekerja, kita malah terjebak dengan pemborosan. Self reward malah terkesan menjerumuskan dan membuka peluang besar bagi masalah baru. Sebab, barang-barang yang dibeli justru sebenarnya tidak dibutuhkan.

‘Menyelamatkan’ Self Reward

Pemborosan atau yang tren disebut impulsive buying, memang berbeda tipis dengan self reward. Karenanya, kita harus bisa ‘menyelamatkan’ diri agar keinginan self reward tidak terjerumus pada impulsive buying.

Beberapa yang sebaiknya kita pahami adalah:

  • Tujuan mengeluarkan uang

Kedua perilaku ini sama-sama mengeluarkan uang. Bedanya, self reward mengeluarkan uang untuk tujuan yang jelas, bahkan sudah direncanakan sebelumnya. Sedangkan impulsive buying adalah rasa ingin memiliki suatu barang yang hadir secara tiba-tiba atau tidak direncanakan.

Biasanya, impulsive buying terjadi saat kita melihat barang yang sangat menarik. Kemudian timbul rasa ingin memiliki, padahal barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.

Solusinya, buatlah perencanaan keuangan atau daftar prioritas alokasi uang gaji. Pilihlah mana yang penting dan tidak terlalu penting untuk dibeli.

  • Menahan diri

Karena sudah terencana, orang yang berbelanja hanya untuk tujuan self reward punya kemampuan untuk menahan diri. Misalnya, menunggu diskon atau membandingkan harga dengan toko lain. Tapi tidak dengan impulsive buying.

Pemborosan terjadi ketika kita cenderung memiliki keinginan yang menggebu-gebu untuk barang tersebut, seolah barang itu akan hilang bila tidak segera dibeli.

  • Perhatikan kondisi keuangan

Lagi-lagi, self reward hadir dengan melihat kondisi keuangan terlebih dulu. Jika stabil, barulah dilakukan satu atau dua kali saja sehingga pengeluaran bulanan tetap stabil.

Tapi tidak dengan impulsive buying. Justru, dana cadangan bisa terkuras untuk membeli barang yang tidak penting. Bahkan ada kemungkinan untuk terjebak dengan berbagai jenis pinjaman.

Jadi, ada baiknya self reward dilakukan dengan membuat prioritas keuangan, apa saja barang yang perlu dibeli sebagai ‘hadiah’ atas kerja keras yang selama ini dilakukan. Berani untuk ‘mengerem’ diri dan perhatikan kondisi keuangan agar tidak terjerumus pada impulsive buying.




Film Horor dan Dampak Psikologisnya terhadap Anak

Sebelumnya

Tidak Mendapat Hak Waris, Ini yang Nanti Diterima Anak Adopsi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family