KOMENTAR

DARI sekian masalah kesehatan mental, ada satu gangguan dengan gejala yang menunjukkan penderitanya fokus obsesif terhadap kekurangan penampilan. Gangguan kesehatan mental ini disebut body dysmorphic disorder (gangguan dismorfik tubuh) atau body dysmorphia.

Penderita body dysmorphia seolah menolak kenyataan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Ukuran cantik atau tidak cantik sejatinya adalah hal yang relatif. Toh, jika mau dihitung, jumlah orang dengan tubuh proporsional tidak sebanyak orang yang memiliki kondisi fisik tidak ideal.

Yang dialami penderita

Penderita gangguan dismorfik tubuh merasa ada yang salah dengan penampilannya, menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk memperbaikinya.

Entah itu dengan berlapis-lapis kosmetik, diet super ketat, dan olahraga berlebihan. Sejumlah penderita bahkan menghabiskan banyak uang untuk melakukan operasi plastik.

Tidak hanya merasa ada yang salah dengan dirinya, penderita body dysmorphic disorder juga selalu membandingkan penampilannya dengan orang lain.

Akibatnya, dia akan merasa tersiksa saat berada di tengah banyak orang hingga menghindari situasi sosial dan menghindari foto bersama.

Ahli mengatakan bahwa gangguan dismorfik tubuh ini umumnya terjadi pada orang usia 15-30 tahun.

Penderita biasanya tidak menyukai kondisi fisik seperti hidung yang pesek, kulit berjerawat, rambut tipis, payudara kecil, atau paha yang besar.

Penyebab & gejala body dysmorphia

Sejumlah kondisi diduga menyebabkan terjadinya gangguan dismorfik tubuh:

  1. Genetik, meskipun belum diketahui pasti apakah diturunkan secara genetik atau melalui pola asuh dan lingkungan.
  2. Kelainan pada struktur otak.
  3. Lingkungan, dari pendapat negatif orang lain atau trauma masa lalu.

Selain tiga penyebab tersebut, ada pula hal-hal yang memicu timbulnya gangguan dismorfik tubuh. Mulai dari gangguan mental berupa kecemasan atau depresi, memiliki sifat rendah diri atau sebaliknya—prefeksionis, hingga orangtua atau anggota keluarga yang sangat kritis terhadap penampilannya.

Dari mana kita tahu seseorang mengalami gangguan dismorfik tubuh? Perhatikan beberapa gejala berikut ini.

  1. Bercermin dalam waktu lama dan terus-menerus.
  2. Menyembunyikan anggota tubuh yang dianggap tidak ideal.
  3. Memastikan berkali-kali bahwa kekurangan fisiknya tidak terlihat jelas.
  4. Menyentuh atau mengukur terus-menerus anggota tubuh yang dianggap tidak sempurna.

Segeralah berkonsultasi

Jika sudah ada pemicu serta gejala yang tampak, dan gangguan dismorfik itu sudah mengganggu prestasi di kampus, mengganggu pekerjaan di kantor, menghambat hubungan kita dengan orang lain, serta membuat kita tak mau bertemu orang lain, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikiater demi mendapatkan solusi dan pengobatan yang diperlukan.

Pada sejumlah penderita, body dysmorphia bahkan memunculkan niat untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.

Penanganan gangguan dismorfik tubuh

Terapi yang diberikan dokter/ psikiater bertujuan mengharmonisasikan hubungan pikiran, perasaan, juga perilaku, yaitu terapi perilaku kognitif dan pemberian obat. Tujuannya agar penderita dapat mengembangkan kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah.

Kemampuan itu bisa terlihat dari bagaimana dia memperbaiki pemahaman yang salah terhadap kekurangan fisik yang dimiliki, meminimalkan perilaku kompulsif, sekaligus menumbuhkan sikap yang lebih baik tentang citra diri dan penampilan fisik.

Adapun tentang obat, hingga kini belum ada obat khusus untuk mengatasi body dysmorphic disorder. Namun demikian, obat antidepresan serotonin-spesific-reuptake inhibitor (SSRI) dianggap mampu mengurangi pikiran dan perilaku obsesif penderita. SSRI bisa diberikan tunggal maupun digabungkan dengan obat lain dan terapi perilaku.

Harus ada kesadaran dari setiap kita bahwa Allah Swt. telah menganugerahkan kita bentuk tubuh yang terbaik. Ukuran dan bentuk tubuh ideal bukanlah nilai penting dalam hidup ini. Kecantikan bukan jaminan seseorang bisa menjadi berharga dan bermanfaat bagi sesama.

Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, rawatlah dengan baik, insya Allah kecantikan akan terpancar dari batin, sekalipun tubuh kita tak memiliki kriteria yang masuk dalam kategori ideal versi masyarakat.

Yuk, gaungkan body positivity!




Mitos Micin Bikin Bodoh, Ahli: Tidak Ada Kaitannya!

Sebelumnya

Pencernaan Terganggu, Ini Cara Mencegah dan Mengatasinya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health