HIDUP inklusif berarti memberi ruang bagi setiap individu, tanpa terkecuali. Termasuk mereka yang hidup dengan disabilitas pendengaran atau yang akrab disebut teman tuli. Sayangnya, tantangan sehari-hari yang mereka hadapi masih sering luput dari perhatian banyak orang. Padahal, dengan langkah-langkah sederhana, kita bisa membantu mereka merasakan lingkungan sosial yang ramah dan mendukung.
Eka Kurnia Hikmat, seorang Certified Auditory-Verbal Therapist sekaligus pendidik tuli, mengingatkan pentingnya empati kita. Ia juga seorang ibu dari anak “sensory seeker”—istilah yang merujuk pada anak dengan kebutuhan input sensorik lebih besar agar bisa merasa nyaman. Dari pengalamannya, Eka menekankan bahwa memahami tantangan teman tuli adalah kunci untuk menciptakan hubungan sosial yang positif.
Dikutip dari Instagram @eka.k.hikmat, berikut ini beberapa dari sekian banyak tantangan yang dihadapi para teman tuli, terutama di dalam kelas. Eka juga menjabarkan cara mendukung mereka saat berada dalam situasi yang menantang tersebut.
Tantangan 1: Mendengar dalam situasi bising.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi ini, yang bisa kita lakukan adalah:
- Gunakan teknologi mikrofon jarak jauh.
- Hilangkan/kurangi/jauhi sumber kebisingan.
- Hindari bercakap-cakap di tempat bising.
- Hindari tempat dengan latar belakang musik.
Tantangan 2: Mendengarkan orang berbicara dari jarak yang jauh.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi tersebut, kita bisa melakukan hal-hal berikut:
- Gunakan teknologi mikrofon jarak jauh.
- Mendekat saat hendak berbicara.
- Beri akses auditori terbaik untuk lawan bicara.
- Beri kesempatan memilih posisi paling strategis untuk mendengar.
- Beri kesempatan untuk berpindah/menyesuaikan posisi jika diperlukan.
Tantangan 3: Mendengar di ruang bergema.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi ini, yang dapat dilakukan adalah:
Hilangkan/kurangi gema dengan menutup permukaan keras yang memantulkan bunyi dengan bahan-bahan lembut yang meredam bunyi. Contoh: lantai dilapisi karpet, meja diberi taplak, dan jendela diberi gorden.
Tantangan 4: Mendengarkan orang-orang berbicara bersamaan.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi tersebut, inilah yang bisa kita lakukan:
- Berbicara bergantian.
- Gunakan ’stik untuk berbicara’ atau tanda lainnya sebagai pengingat bahwa hanya orang yang memegangnya yang sedang berbicara dalam satu waktu.
- Sebutkan dan tunjukkan orang yang sedang berbicara agar mereka tahu siapa yang sedang berbicara sehingga mereka bisa mengikuti pembicaraan sebaik-baiknya.
Tantangan 5: Mendengarkan orang yang berbicara terlalu cepat.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi ini, kita dapat melakukan hal-hal berikut ini:
- Ucapkan setiap kata dengan jernih.
- Perlambat sedikit tempo bicara.
- Beri jeda antara satu kata dengan kata lain juga antara satu kalimat dengan kalimat lain.
- Gunakan intonasi yang kaya.
- Contoh cara bicara yang bisa diikuti adalah gaya bicara Kak Seto.
Tantangan 6: Mendengarkan orang berbicara dengan mulut tak terlihat, karena membaca bibir seringkali diperlukan untuk menangkap keseluruhan pesan.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi tersebut, mari lakukan beberapa langkah ini:
- Tarik perhatian mereka sebelum berbicara.
- Hadapkan tubuh kepada mereka saat berbicara.
- Pastikan wajah terlihat saat berbicara.
- Jangan menutup mulut saat berbicara.
- Jangan melihat ke arah lain saat berbicara.
- Hindari berbicara sambil berjalan, makan, atau mengunyah.
Tantangan 7: Tidak semua teman tuli dapat berbicara dengan artikulasi jernih, membuat orang sulit memahami, tidak sabar, bahkan menertawakan atau mengejek mereka.
Untuk mendukung teman tuli dalam situasi ini, yang bisa kita lakukan adalah:
- Menerapkan kebijakan zero bullying.
- Memberi teladan sifat inklusif dan saling menghormati
- Tanyakan metode komunikasi yang mereka lebih sukai.
- Berkomunikasilah lewat tulisan jika lebih diperlukan.
- Bersikap ramah dan tersenyum.
- Jangan menyerah.
Hidup inklusif bukan hanya soal memberi akses, melainkan juga tentang sikap. Dengan sedikit perhatian, ketulusan, dan kesabaran, kita bisa membantu teman tuli merasa dihargai, didukung, dan memiliki ruang yang sama untuk hidup bermakna. Karena dunia yang ramah bagi disabilitas, sesungguhnya adalah dunia yang lebih manusiawi bagi kita semua.
KOMENTAR ANDA