KOMENTAR

PEREMPUAN itu terbaring karena sakit namun tetap tangguh menjalankan perannya sebagai pemimpin. Itu bukanlah hal mudah, karena tanpa kekuatan batin niscaya sulit melakukan apapun.

Bagi sebagian pihak ada yang memandang sakit umpama buang-buang waktu belaka. Ya, waktu yang tidak tergantikan, waktu yang tidak terbeli, waktu yang benar-benar singkat di dunia ini malah tersia-siakan oleh sakit.

Anggapan ini akan berbeda ketika kita mampu merefleksikan saripati surat al-Ashr, meski dalam kondisi terkapar sekalipun.

Surah al-Ashr ayat 1-3, yang artinya, “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.

Al-Ashr sendiri artinya adalah demi masa. Itu artinya persoalan waktu merupakan sesuatu yang penting sekali untuk diperhatikan. Pada ayat di atas Tuhan bersumpah demi masa, disebabkan banyaknya orang yang merugi dikarenakan terlena dengan waktu.     

Sekilas surah al-Ashr ini mempertanyakan apakah orang yang sakit merasa merugi disebabkan terbuangnya waktu di pembaringan?

Sekiranya masa sakit itu dipenuhi kekesalan, kemarahan, hingga kesia-siaan, niscaya merugilah dirinya. Waktu yang demikian berharga jadi terbuang percuma selama menjalani masa sakit.

Lain ceritanya bagi orang-orang yang beriman dan gemar beramal saleh, malahan kondisi sakitnya mampu mentransformasikan diri menjadi lebih baik berkat dahsyatnya surat al-Ashr.

Muhammad Rasyid Ridha pada Tafsir Al-Fatihah (2007: 162-63) menerangkan:

Al-Khusr (kerugian), secara etimologis, kata ini biasanya digunakan dalam arti melenceng, hancur, dan kurang. Kerugian dalam ayat di atas berlaku umum. Ia tidak terbatas di dunia atau di akhirat, akan menderita kerugian baik pada kehidupan sekarang maupun mendatang.

Pengertian ini sesuai dengan karakter surah Makiyyah yang wacananya bermakna umum. Dan, kerugian yang bermakna umum ini adalah hilangnya ketenangan dan ketenteraman jiwa.

Benar-benar besar kerugian yang ditimbulkan akibat kesia-siaan perkara waktu, bahkan kerugiannya di dunia juga akhirat.

Ketika perempuan—yang disebutkan di awal tulisan ini—tetap mampu menjalankan perannya dengan baik, tentunya sulit dikerjakan oleh orang-orang biasa, karena sakit seringkali dianggap melemahkan mental, bukan hanya fisik. Namun bila tidak mampu melakukan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, maka kita masih punya opsi lain agar masa sakit tidak berujung kerugian.

Karena kita pun dapat menjadikan sakit ini sebagai nasihat. Berhubung sakit itu hendaknya dijadikan nasihat kehidupan, maka dengarkanlah dengan hati terbuka.

Selama ini kita kebut-kebutan mengejar berbagai kegiatan di masa sehat, apakah semua itu telah memberikan perubahan bagi kehidupan? Selama ini di masa-masa sehat kita menguras energi lahir batin untuk rutinitas yang mengerikan padatnya, apakah semua pengorbanan itu seimbang misi utama yang diemba insan beriman sebagai khalifatullah fil ardh (pemimpin yang diutus Allah di muka bumi)?

Oleh sebab itulah para nabi dan orang-orang saleh tidak pernah meratapi seberat atau selama apapun masa sakitnya. Karena dari masa-masa sakit itulah kita sesungguhnya mendapatkan nasihat nan bernas.

Lantas dari mana datangnya nasihat itu? Dari mana lagi kalau bukan hasil perenungan terdalam batin sendiri, refleksi tentang tapak-tapak kehidupan yag selama ini dijalani.

Manusia bukanlah mesin yang terus menderu mengikuti rutinitasnya. Sebab manusia mempunyai jiwa yang mampu menciptakan pencapaian yang melebihi rutinitas biasa.

Justru sakit yang hendaknya betul-betul menjadi peristiwa titik balik menuju kejayaan yang lebih membahagiakan. Nasihat dari hati itulah yang akan menjadi ufuk baru, yang membuat kita memiliki jalan kejayaan dari saripati pemikiran sendiri.

Sakit bukanlah mubazir waktu, sebab memang tidak ada waktu yang tersia-siakan asalkan kita mengamalkan surat al-Ashr. Malah, barangkali di masa-masa sehat terdahulu kita telah menghamburkan waktu untuk rutinitas yang menjemukan.

Justru di masa sakit terjadi penghematan waktu, agar setelah nantinya sembuh kita mampu melakukan akselerasi atau percepatan dalam meniti jalan kejayaan.

Sakit adalah kesempatan menasihati diri sendiri, dengan memperoleh mutiara-mutiara nasihat dari hati sendiri. Sekali lagi, marilah membuka hati untuk nasihat berharga itu!

Doa terindah bagi sosok perempuan tangguh yang kini masih berjuang di atas pembaringannya, begitu pun doa terbaik bagi hamba-hamba Allah Swt. lainnya yang tengah sakit, tetapi kondisi demikian malah membuat kondisi imannya makin kokoh. (F)          




Menyambungkan Jiwa dengan Al-Qur’an

Sebelumnya

Sempurnakan Salatmu Agar Terhindar dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur