KOMENTAR

Bagaimana kejadiannya?    

Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakpuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah Sejarah Paling Autentik tentang Kehidupan Rasulullah saw. (2021: 47) menceritakan:

Untuk mengalihkan perhatian orang-orang dari kisah-kisah dalam Al-Qur'an, Nadir bin Harits pergi ke Hira dan Syiria, kemudian kembali dengan membawa legenda mengenai Dara (Darius), Iskandar (Alexander), dan Isfadar (seorang raja Persia).

Ketika dia mengetahui bahwa Nabi saw. akan mengumpulkan orang-orang, dia akan bergegas menuju tempat itu, kemudian mulai menceritakan kisah-kisah di atas. Kemudian, dia akan bertanya kepada orang-orang yang mendengarkannya tentang bagaimana pidato Nabi Muhammad saw. bisa mengungguli apa yang diceritakannya.

Kemudian Nadir mengambil langkah lebih jauh dengan membeli beberapa orang biduan wanita. Jika dia mendengar ada orang tersebut ke tempat prostitusi, kemudian menyuruh biduan tersebut untuk menghiburnya serta menyuguhkan makanan dan minuman.

Kemudian, dia akan mengatakan kepada orang yang akan masuk Islam tersebut bahwa orang-orang yang ada di tempat prostitusi itu lebih baik dengan apa yang akan dikatakan oleh Nabi Muhamamd saw.

Terkait dengan intrik musyrikin ini, Allah Swt. menurunkan surat Luqman ayat 6, yang artinya, “Di antara manusia ada orang yang membeli percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.

Cukup jarang tersibak dalam pembahasan Sirah Nabawiyah adanya upaya musyrikin melakukan head to head antara keindahan wanita dengan keindahan Al-Qur’an. Upaya ini tentulah gagal total sebab cara macam itu memang sudah tidak berimbang.

Wanita memang memiliki keindahan, suaranya yang merdu saja dapat melenakan jiwa. Dimensi inilah yang dilihat oleh kaum musyrikin, dalam hal ini Nadir bin Harits yang menggalang para biduan wanita. Sayangnya, upaya halus ini tidak berpengaruh apa-apa dalam menghambat berkembangnya dakwah Islam.

Kaum musyrikin lupa kalau keindahan Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang biasa, melainkan mukjizat yang dianugerahkan Tuhan. Jelas sekali tidak mungkin ada seorang pun yang mampu menandingi mukjizat Al-Qur’an, apalagi cuma mengandalkan biduan wanita.

Dari episode ini bukan berarti merendahkan atau menyalahkan keindahan perempuan, tentulah tidak sama sekali. Banyak Muslimah yang mengibarkan keindahan diri dalam rangka menegakkan perjuangan Islam. Bagi para perempuan lainnya tetaplah percaya diri dengan keindahan kalian, tetapi gunakanlah untuk keridaan Ilahi.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah