Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MEMILIKI buah hati adalah dambaan setiap pasutri. Nabi Zakaria as. dan istrinya pun demikian. Sejak awal menikah, keduanya telah menaruh harapan tinggi akan hadirnya buah hati.

Sebagai seorang nabi, tentu segenap upaya dan doa telah dikerahkan. Namun apa daya, hingga beliau dan istrinya menua, buah hati yang dinanti tak kunjung hadir.

Sampai suatu hari, Nabi Zakaria as. dihadapkan dalam sebuah peristiwa yang membuat keyakinannya akan kekuasaan Allah mengabulkan doa siapa pun yang dikehendaki-Nya, bertambah kuat.

Yaitu ketika beliau mengunjungi keponakannya, Ibunda Maryam di mihrabnya. Sibel Eraslan dalam Maryam; Bunda Suci Sang Nabi mengisahkan, keterkejutan Nabi Zakaria as. akan hadirnya nampan berisi buah-buahan.

Buah-buahan yang terhidang bukanlah sembarang buah, melainkan buah-buahan musim musim panas dan musim dingin yang ranum dan menyegarkan. Padahal kala itu al-Quds sedang dilanda musim kering dan paceklik.

Amanullah Halim di bukunya, Isa Putra Maria Dalam Injil dan Al-Qur’an menuliskan, keheranan Nabi Zakaria as. bertambah bahwa selama ini beliau lah yang bertanggung jawab penuh atas pengasuhan dan penjagaan Ibunda Maryam.

Tidak ada orang lain yang bisa membuka dan menutup pintu mihrab tempat di mana Ibunda Maryam beribadah selain Nabi Zakaria as.

Melihat buah-buahan yang mengherankan tersebut, Nabi Zakaria as. pun bertanya pada Ibunda Maryam.
Dengan penuh kelembutan Ibunda Maryam menjawab, bahwa makanan tersebut datang dari sisi Allah.

Sambil mempersilahkan pamannya mencicipi buah-buahan yang terhidang, ia menambahkan, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.”

Mendengar kata-kata Ibunda Maryam, keyakinan Nabi Zakaria as. akan besarnya kekuasaan Allah pada hamba-Nya semakin bertambah.  

Di kala semua penduduk Al-Quds merasakan kesulitan memperoleh makanan, Ibunda Maryam justru dilimpahi buah-buahan aneka warna nan segar.

Jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang mustahil, termasuk mewujudkan keinginan beliau untuk memiliki keturunan walau usia beliau telah menua dan istrinya mandul.

Dengan penuh kelembutan, Nabi Zakaria as. kembali menyampaikan harapan akan anugerah keturunan, yang tak pernah bosan ia panjatkan.

Al-Qur’an surah Maryam ayat 4 mengurainya dengan sangat syahdu, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau.”

Di ayat selanjutnya, Nabi Zakaria as menuturkan alasannya menginginkan buah hati. Tak lain karena rasa kuatir akan kondisi keluarga sepeninggalnya sementara sang istri seorang yang mandul.

Nabi Zakaria as. pun memohon agar dianugerahi seorang putra yang mewarisinya dalam pengetahuan dan tugas penyebaran agama serta mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.

Ada yang menarik dari doa Nabi Zakaria as., kata-kata “aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau” menandakan ikhtiar doa Nabi Zakaria as. yang tidak pernah putus.

Juga keyakinan bahwa Allah selalu mengabulkan doa-doa beliau. Artinya dalam setiap doa yang dirapal, selalu diiringi dengan keyakinan bahwa Allah selalu mengabulkan doa beliau, entah kapan waktunya.

Ustad Muhith Ishaq saat kajian tafsir Ibnu Katsir di Masjid Darul Falah Bekasi mengatakan bahwa Allah baru mengabulkan doa Nabi Zakaria as. di kala beliau telah berusia 120 tahun.

Artinya Nabi Zakaria as. sudah berdoa selama berpuluh-puluh tahun. Namun hal itu tak memudarkan semangat untuk terus berdoa dan berkeyakinan bahwa Allah pasti mengabulkan doa beliau.

Istiqamahnya Nabi Zakaria as dalam berdoa, diganjar Allah dengan pengabulan doa yang menggembirakan mengenai sosok buah hati yang dinanti.

Tak tanggung-tanggung, nama dan jenis kelamin buah hatinya pun langsung ditetapkan Allah sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an surah Maryam: 7.

“Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan perolehan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya, yang Kami belum pernah memberi nama itu sebelumnya (kepada siapapun).”

Bahkan juga kesalehan dan ketetapan menjadi nabi. “…sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan (kelahiran) Yahya, pembenar kalimat Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi yang termasuk golongan orang saleh”.  




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur