Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Halimah menjawab, “Aku takut karena banyak kejadian terjadi padanya. Jadi ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan.”

“Apakah engkau takut setan mengganggunya?”

“Ya.”

Aminah berkata, “Tidak, demi Allah! Setan tidak mendapatkan jalan untuk masuk kepadanya. Sesungguhnya anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari.”

Mengapa Aminah demikian tenang?

Selama mengandung dan melahirkan Nabi Muhammad, sudah teramat banyak kejadian luar biasa dialami oleh Aminah. Dan seluruhnya keajaiban itu berakhir dengan baik-baik saja, tidak ada petaka yang menimpa putranya.

Aminah telah terlebih dahulu memahami putranya adalah manusia pilihan Tuhan, yang kelak akan mengemban misi mulia bagi umat. Dengan demikian, tentulah Allah akan terus menaunginya dan melindunginya.

Kemudian Halimah beserta keluarga pun pulang ke Bani Sa’ad. Perpisahan yang mengharu biru terjadi karena mereka tidak akan lagi bersama dengan Nabi Muhammad.

Kembalinya Nabi Muhammad kepada ibunda bukanlah akhir dari hubungan baiknya dengan Halimah sekeluarga, khususnya dengan Kak Syaima. Tuhan mempertemukan kakak dan adik itu dalam momentum yang tepat, meski telah lama berpisah ikatan batin keduanya tetaplah kuat.

Puluhan tahun kemudian, pada perang Hunain laskar muslimin terkejut di antara tawanan itu ada yang mengaku sebagai kakak sepersusuan Nabi Muhammad semasa kecil dahulu. Langsung saja perempuan itu dihadapkan kepada Rasulullah. Baik Syaima maupun Nabi Muhammad sudah teramat dewasa, jauh sekali perubahan fisik mereka dibanding masa kanak-kanak dulu.

Pada kesempatan itu Syaima mengingatkan kejadian berkesan di masa kanak-kanak dahulu, yang membuat Nabi Muhammad tersenyum mengenangnya. Kemudian beliau pun memberikan pilihan terbaik bagi kakaknya.

Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Ketika Rasulullah Harus Berperang (2017: 536-537) menceritakan:      

Syaima menjawab, “Bekas gigitan di punggungku, engkau menggigitnya ketika aku sedang menggendong engkau.”

Rasulullah mengenali tanda itu. Beliau menggelarkan selendang dan mempersilahkan dia duduk di atasnya. Beliau memberikan pilihan kepada Syaima, beliau bersabda, “Jika membuat kamu senang, di sisiku ada kecintaan yang memuliakan. Namun, jika kamu mau, maka aku akan memberikan perbekalan kepadamu dan kamu dapat kembali ke kaummu, manakah yang kamu pilih?”

Syaima menjawab, “Bahkan aku lebih senang engkau memberi perbekalan kepadaku dan engkau memulangkan aku kembali ke kaumku.”

Rasulullah lalu memberikan perbekalan, Syaima memeluk Islam dan Rasulullah memberikan kepadanya tiga hamba sahaya laki-laki, budak perempuan, beberapa unta dan beberapa kambing.

Demikian manisnya masa kecil Nabi Muhammad di Bani Sa’ad, sehingga memberikan kesan mendalam di sanubarinya. Sekalipun kejadian indah itu terjadi di masa kecil, tetapi ikatan batinnya terus berakar hingga dewasa.

Sesudah kepulangan Halimah beserta keluarga ke kampungnya, maka Nabi Muhammad memasuki fase baru dalam hidupnya. Dalam pengasuhan ibunda tentulah sangat membahagiakan bagi si kecil Nabi Muhammad. Namun, siapa sangka kebersamaan itu tidak pula berlangsung lama, karena ada ujian besar yang datang menimpa.

 

 




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah