Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Ketika mereka (Bani Zahrah) memperlihatkan anak-anak gadis mereka, Sauda’ menunjuk kepada Aminah.

Demikianlah Allah Swt. memberi amanah suci hanya kepada pasangan suci yang menjaga dirinya dalam langkah-langkah kebenaran. Namun, anugerah itu masih samar-samar bagi Aminah yang tengah menikmati indahnya bulan madu. Pemikirannya belum bercabang-cabang kepada yang lain, kecuali hanyalah tentang cinta semata. Pengantin baru itu menikmati madunya pernikahan yang berlimpah berkah.

Hingga Aminah tidaklah dapat berlama-lama bersanding dengan suami tercinta. Dia mesti melepas Abdullah yang akan pergi berdagang ke negeri yang teramat jauh, Syam.

Tidaklah mungkin Aminah menahan kepergian suami hanya demi alasan masih di masa bulan madu. Karena hanya di musim tertentu saja pedagang Quraisy di Mekah berniaga ke Syam. Sebab negeri itu teramat jauh pula, dan hanya dalam rombongan besar pedagang-pedagang Mekah berani menempuh ganasnya padang pasir tandus berikut dengan marabahaya yang menyertai perjalanan.

Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (2001: 50-51) mengungkapkan, bangsa Quraisy dua kali setiap tahun pergi ke luar negeri membawa barang dagangan dari Mekah, yakni pada musim dingin ke Yaman dan pada musim panas ke Syam. Kaum Quraisy membawa perdagangan ke negeri lain dengan beberapa rombongan kafilah (rombongan unta), yang jumlahnya kadang-kadang sampai 500 atau 1.000 unta.       

Aminah tidak berpangku tangan saja. Dia cekatan turut menyiapkan perbekalan bagi suaminya yang akan bepergian sekitar dua bulan lamanya.

Sebagai istri yang bijaksana, Aminah memahami suaminya seorang lelaki yang bertanggung jawab, yang berjuang keras demi menafkahi keluarganya. Abdullah menggenggam erat tangan istrinya, memberi pengertian dan kekuatan terhadap Aminah yang akan ditinggal pergi cukup lama.

Perpisahan tidak akan pernah mudah bagi penganti baru. Namun, Aminah melepas kepergian Abdullah dengan ikhlas, bersama cahaya yang kini bersemayam di tubuhnya.

Untaian doa bergetar di bibir Aminah melepas kepergian suaminya. Seolah-olah ibunda Nabi Muhammad itu punya firasat kalau perpisahan itu akan memiliki makna yang berbeda dari yang dibayangkan.
    




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah