SEJAK Omicron masuk Indonesia, banyak anak yang tertular. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendata pernah 24 Januari 2022, kasus Covid-19 pada anak berasa di angka 676 kasus. Seminggu kemudian, jumlahnya meningkat menjadi 2.775 kasus.
Tren kasus positif kembali meningkat pada 7 Februari 2022. Tercatat ada 7.190 anak yang terkonfirmasi positif covid.
Anak-anak yang terinfeksi Covid-19 biasanya mengalami trauma tersendiri. Mulai dari ketakutan akan mengalami sesak napas, jauh dari kasih sayang orangtua dan saudara, hingga trauma isolasi.
Apa Itu Trauma?
Psikiatri Santi Yuliana menjelaskan, trauma merupakan kondisi mental yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatis yang mengubah respon seseorang terhadap stres masa depan. Penyebabnya adalah kecelakaan, penyakit, bencana alam, kekerasan, perpisahan, masa kecil yang tidak nyaman, dan cedera parah.
"Trauma masih dianggap wajar jika tidak melebihi waktu 2 minggu. Jika lebih, perlu penanganan lebih lanjut karena bisa menimbulkan depresi berat yang mengarah pada selfie harm atau suicide, gangguan bipolar, halusinasi, gangguan kecemasan, bahkan insomnia," kata Santi.
Sebuah survey online yang dilakukan terhadap 3.500 orang di Spanyol menemukan gejala PTSD (Post Trauma Stress Disorder) terjadi pada 15,8 persen, depresi dialami oleh 18,7 persen, dan kecemasan sebanyak 21,6 persen. Kesepian menjadi prediktor gejala yang paling kuat.
Penanganan Trauma
Santi menyarankan orangtua untuk jangan khawatir, karena ada solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma pasca terinfeksi Covid-19.
Hal-hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Lakukan self-check trauma ke akses www.pdskji.org. Pilih menu SWA periksa trauma.
2. Pahami bahwa gejala trauma yang dialami anak adalah normal, dengan demikian orangtua tidak perlu merasa ada di jalan buntu untuk mencari solusinya.
3. Untuk sementara ada baiknya menghindari situasi, orang-orang, maupun tempat yang mengingatkan akan traumanya, namun orangtua tetap bisa melakukan hal tersebut perlahan seiring waktu dan dengan memberi pengertian pentingnya menjalankan protokol kesehatan sebaik mungkin.
4. Ingat, tidak semua hal yang terjadi bisa dikontrol, terus edukasi dan ingatkan anak untuk menjaga dirinya dan kesehatannya.
5. Cari bantuan jika diperlukan. Jangan ragu untuk menghubungi dokter spesialis atau psikiater jika tidak ada kemajuan dengan self help.
Menjaga anak dari trauma adalah hal paling penting. Jangan menganggap remeh atau terlalu khawatir. Pengendalian diri orangtua menjadi kunci penting untuk membantu anak pulih dari traumanya.
Dari berbagai sumber
KOMENTAR ANDA