Molnupiravir, obat terbaru yang diklaim ampuh mengobati keluhan pasien Covid-19/ Net
Molnupiravir, obat terbaru yang diklaim ampuh mengobati keluhan pasien Covid-19/ Net
KOMENTAR

PERKEMBANGAN dunia sains terutama di bidang medis berjalan sangat cepat. Banyak penelitian dilakukan secara intens untuk bisa menemukan komposisi vaksin maupun obat yang bisa mencegah maupun mengobati COVID-19.

Berkaitan dengan obat, hampir 30 perusahaan farmasi pembuat obat generik di Asia, Afrika, dan Timur Tengah akan memproduksi pil COVID-19 Merck & Co versi murah, di bawah kesepakatan yang didukung PBB.

Tujuannya adalah untuk memberi negara-negara miskin akses lebih luas terhadap obat yang dianggap sebagai salah satu senjata melawan pandemi.

Lampu hijau yang diberikan dengan cepat oleh Merck kepada perusahaan lain untuk memproduksi pil anti-viral molnupiravir selama pandemi merupakan contoh langka di sektor farmasi. Biasanya, obat paten memiliki waktu lebih lama sebelum memberi 'jalan' versi generiknya.

Namun demikian, berbagai prosedur persetujuan yang panjang dikhawatirkan akan menunda pasokan selama berbulan-bulan untuk sejumlah negara miskin. Belum lagi banyak pertanyaan tentang molnupiravir yang dalam uji coba dianggap kurang manjur dan menimbulkan kekhawatiran tentang efek samping.

Berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan antara Medicines Patent Pool (MPP) yang didukung PBB dengan Merck didapatkan hasil bahwa perusahaan Amerika Serikat itu tidak akan menerima royalti untuk penjualan pil generik selama pandemi masih berlangsung.

MPP menjelaskan bahwa mereka sepakat pil akan didistribusikan ke 105 negara berkemang. Di negara miskin, satu paket molnupiravir berisi 40 pil untuk lima hari diperkirakan menelan biaya sekitar 20 USD, jauh di bawah permintaan awal 700 USD per set pil.

Kesepakatan tersebut memungkinkan 27 pembuat obat generik dari India, Cina, dan sejumlah negara lain di Afrika, Asia, dan Timur Tengah untuk memproduksi bahan maupun obat jadi. Pengiriman obat bisa dimulai pada awal Februari, namun tetap disesuaikan dengan persetujuan para pembuat kebijakan.

Di Amerika Serikat, molnupiravir telah disetujui penggunaannya pada Desember lalu, namun beberapa negara Barat membatalkan atau mempertimbangkan kembali pesanan mereka melihat tingkat kemanjuran yang rendah dalam uji coba.

Lebih jauh lagi, Reuters (20/1/2022) melaporkan bahwa molnupiravir ternyata belum mendapat persetujuan dari World Health Organization (untuk dijual bebas) sehingga belum bisa dijual di kebanyakan negara berkembang yang tidak memiliki regulator untuk otorisasi nasional.

Di India misalnya, obat tersebut sudah bisa dijual setelah mendapat persetujuan darurat dari regulator nasional, namun saat ini tidak direkomendasikan karena risiko keamanan.

Bersama Merck, Ridgeback Biotherapeutics dan Emory University yang juga menjadi pengembang molnupiravir tidak akan menerima royalti untuk penjualan versi generiknya karena masih dikategorikan WHO dalam Public Health Emergency of International Concern.

Di antara perusahaan farmasi yang memproduksi versi generik molnupiravir adalah Beximco Pharmaceuticals (Bangladesh), Natco Pharma India (India), Aspen Pharmacare Holdings (Afrika Selatan), dan Fosun Pharma (China).

Bekerja untuk meningkatkan akses kepada obat-obatan yang dapat menyelamatkan jiwa penduduk negara miskin, MPP juga memiliki perjanjian dengan Pfizer untuk sub-lisensi paxlovid pil COVID-19 kepada produsen obat generik.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News