Shin Tae-yong/ Net
Shin Tae-yong/ Net
KOMENTAR

"PERASAAN saya saat ini jujur ada beban, ada keinginan untuk memberikan yang terbaik setelah bertemu PSSI dan mengetahui tingginya ekspektasi rakyat Indonesia terhadap tim nasional dan sepak bolanya. Sesungguhnya melatih Indonesia adalah tantangan berat, dan ini menjadi pertama kalinya saya melatih di luar Korea, juga karena bahasanya berbeda, lingkungan dan budayanya berbeda. Tapi saya sangat antusias melatih Indonesia, karena saya melihat Indonesia memiliki talenta dan potensi bagus dalam sepak bola."

Ucapan itu datang dari Shin Tae-yong pada tahun 2020 saat diwawancarai PSSI TV, tak lama setelah ia diperkenalkan PSSI sebagai manajer pelatih tim nasional Indonesia untuk jangka empat tahun.

Sebelum Tae-yong datang, timnas Indonesia di bahwa asuhan Simon McMenemy dalam kondisi 'babak-belur' karena tak berhasil memberikan satu kemenangan pun dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar. Padahal di era kepemimpinan Luis Milla, timnas Indonesia mampu menyuguhkan permainan apik.

Indonesia nyaris menembus 8 besar Asian Games 2018 jika tak kalah dalam drama adu penalti melawan Uni Emirat Arab. Mengingat hal itu, tak salah bila Shin Tae-yong memandang berat bebannya. Ia setidaknya harus bisa menghadirkan prestasi seperti yang dilakukan Luis Milla.

Shin Tae-yong adalah mantan atlet sepak bola yang pernah merasakan kesuksesan baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Bersamanya, tim Korea Selatan pernah mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018. Sebuah prestasi mengagumkan bagi tim nasional Asia.

Kini, hampir dua tahun setelah ia melatih timnas Indonesia, senyumnya terkembang lebar. Ia berhasil membawa Indonesia lolos ke final ke-6 di Piala AFF setelah mengalahkan Singapura di semifinal pada 22 dan 25 Desember 2021.

Sekalipun Shin Tae-yong menyesalkan bola mati yang dimanfaatkan Singapura menjadi 2 poin pada leg kedua, Indonesia melaju ke final dengan menang agregat 5-3 (leg pertama imbang 1-1 dan leg kedua menang 4-2).

Kemenangan tersebut sontak membuat nama Shin-Tae yong dieluk-elukkan seluruh rakyat Indonesia. Ia dipuji sebagai pelatih hebat dengan strategi bagus.

Tak hanya mendapat sanjungan di dalam negeri, media Korea Selatan juga memuji kepemimpinan Shin Tae-yong di timnas Indonesia. Sosok laki-laki kelahiran Yeongdeok, 11 Oktober 1970 itu dianggap memiliki sentuhan magis yang mampu mengembangkan kualitas permainan tim Garuda. Tim nasional Indonesia dinilai mampu bermain ofensif dengan baik.

Perjalanan Karier Coach Tae-yong

Awal karier Shin Tae-yong sebagai pelatih dimulai sejak ia menjadi asisten pealtih di klub sepakbola Australia, Brisbane Roar, di tahun 2005. Brisbane Roar merupakan klub terakhir tempat ia mengakhiri karier sebagai pesepakbola pada usia 35 tahun, seperti dilansir VOI.

Dari Australia, Shin Tae-yong kembali ke kampung halamannya. Di sana, ia melatih klub lamanya, Seongnam Ilhwa Chunma FC sejak awal Desember 2008. Di klub ini, Shin Tae-yong adalah legenda. Ia bermain pada periode 1992 hingga 2004. Nama Shin Tae-yong sebagai pelatih makin berkibar setelah ia membawa klub Seongnam menjuarai Liga Champions Asia di musim 2009/2010.

Dari klub, kariernya sebagai pelatih klub 'naik kelas' dengan bergelut di tim nasional. Ia menjadi asisten pelatih timnas Korea Selatan pada 1 Januari 2014. Tujuh bulan berselang, ia diangkat sebagai pelatih sementara timnas Korea Selatan, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2014. Namun ia kembali menjadi asisten pelatih setelah Uli Stielike diangkat menjadi pelatih pada September 2014 hingga pertengahan Juni 2017.

Kariernya sebagai pelatih kian gemilang ketika ia juga ditugaskan menjadi pelatih timnas Korea Selatan U-23 dan U-20. Shin Tae-yong sukses mengantarkan negaranya melaju ke perempat final Olimpiade Rio 2016, menjuarai Piala AFC U-23 tahun 2016, serta membawa tim U-20 ke babak 16 besar Piala Dunia U-20 tahun 2017.

Pada 4 Juli 2017, ayah 2 anak ini resmi menjadi pelatih timnas senior Korea Selatan. Ia berhasil membawa timnas ke Piala Dunia 2018 di Rusia meskipun gagal lolos dari fase Grup F setelah kalah dari Swedia dan Meksiko. Namun yang mengejutkan adalah timnas korea Selatan mampu mengalahkan Jerman 2-0  hingga peraih Piala Dunia 2014 itu menjadi penghuni terbawah Grup F.

"Berbicara tentang kemenangan, kita harus bicara hingga ke akarnya. Tidak semata-mata jika pelatihnya bagus, maka tim akan juara. Bukan juga jika hanya pemain yang bermain baik, maka semua akan baik dan langsung juara. Untuk bisa menang, mulai dari federasi, staf tim, pemain, dan seluruh pelatih harus menyatu terlebih dahulu. Untuk semua tim nasional Indonesia baik itu tim senior, U-23, dan U-19. Saya akan membuat semuanya bersatu," ujar Shin Tae-yong tentang proses menuju kemenangan.

Apakah kini coach Tae-yong sudah berhasil menyatukan timnas Indonesia? Final Piala AFF 2020 akan digelar 29 Desember 2021 dan 1 Januari 2022. Rakyat menanti sambil berdoa semoga skuad Garuda bisa memboyong Piala AFF ke Tanah Air demi menuntaskan dahaga gelar sepak bola anak bangsa.

Selamat berjuang timnas Indonesia!

 




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News