Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI tidak boleh membuat seorang Muslim kehilangan semangat untuk taqarrub (mendekat) kepada Allah Swt.

Memasuki bulan Dzulhijjah tahun ini, masyarakat Indonesia masih belum bisa berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Namun demikian kekhusyukan ibadah menjelang hari Idul Adha tetap harus ditumbuhkan dalam diri setiap Muslim.

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai Allah Swt. daripada hari-hari ini—yaitu10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?' Rasul menjawab, Tidak juga jihad fi sabilillah kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa raga dan hartanya kemudian tidak tersisa lagi sesuatu pun." (HR. Bukhari)

Masya Allah, amal saleh yang dikerjakan pada 10 hari pertama Dzulhijjah lebih dicintai oleh Allah, bahkan melebihi jihad di jalan Allah.

Kita mengetahui bahwa puasa Arafah yang dilaksanakan tanggal 9 Dzulhijjah sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk bisa merasakan kenikmatan berdiam di Padang Arafah yang dikerjakan para jamaah haji.

Inilah waktu yang tepat untuk memohon ampun sebanyak-banyaknya kepada Allah Swt., berintrospeksi atas segala kekeliruan yang kita perbuat selama ini, sekaligus berdoa kepada Allah untuk segala kebaikan di dunia dan akhirat kita.

Keutamaan puasa Arafah bisa dilihat dalam sebuah hadis dari Abu Qatadah ra. Rasulullah saw. bersabda, "Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah berlalu serta yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang telah berlalu." (HR. Muslim)

Adapun puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, didasarkan pada sebuah hadis yang mengatakan bahwa puasa Tarwiyah menghapus dosa satu tahun dan puasa Arafah menghapus dosa dua tahun.

Mengutip jatim.nu.or.id, meskipun hadis tersebut bersifat dhaif (lemah, kurang kuat periwayatannya), namun karena tidak berkaitan dengan masalah akidah dan hukum, para ulama memperbolehkan puasa Tarwiyah dalam rangka fadhailul a'mal (meraih keutamaan). Terlebih lagi didukung hadis shahih Rasulullah tentang keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Pelaksanaan puasa sunnah Arafah dan Tarwiyah sama dengan puasa sunnah lain. Diawali dengan membaca niat nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta'ala (puasa Arafah) dan nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala (puasa Tarwiyah)

Marilah mengisi 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah dengan memperbanyak amal saleh. Berbuat baik kepada kedua orangtua, membaca Alquran, bersedekah, menghibur orang yang sedang sedang tertimpa musibah, dan membantu orang yang sedang kesusahan, hingga kemudian tiba saatnya melaksanakan salat Idul Adha dengan penuh khusyuk sekalipun hanya di rumah bersama keluarga.

 

 

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur