Bersabar untuk selalu mendekat dan terus mendekat kepada Ilahi Rabbi/ Net
Bersabar untuk selalu mendekat dan terus mendekat kepada Ilahi Rabbi/ Net
KOMENTAR

BERITA duka di masa pandemi menjadi berita yang sangat akrab di telinga kita.

"Hampir setiap buka chat wa, pasti nulis innalillahi wa inna ilaihi rajiun," kata seorang teman.

Kematian pun seolah makin 'acak' memilih nyawa. Banyak orang yang dikenal menjalani gaya hidup super sehat harus kehilangan nyawa akibat Covid-19. Tak pandang usia maupun strata sosial ekonomi.

Belum lagi adanya berita tentang virus varian baru yang masuk ke Indonesia. Kenyataan tersebut mau tidak mau membuat kita kian dilanda ketakutan.

Mungkin banyak dari kita yang terinfeksi dan terdampak secara ekonomi merasa itulah ujian terberat dari pandemi. Yang satu berjuang menyelamatkan nyawa. Yang satu lagi berjuang menyelamatkan kehidupan keluarga. Dua-duanya sama berat. Sama-sama butuh kesabaran yang melimpah.

Namun tidak banyak dari kita menyadari bahwa dampak yang sangat dahsyat dari pandemi adalah menurunnya keimanan kita dan berkurangnya keyakinan kita kepada kekuasaan Allah. Naudzubillah.

Tanpa disadari, kita terlalu sering mengeluh. Semua rencana terbengkalai. Beban hidup di masa pandemi seolah bertambah berkali lipat beratnya dalam satu tahun terakhir. Belum lagi kejenuhan yang rasanya sudah tak tertahankan. Semua faktor kehidupan berlomba memicu stres. Akibatnya, kesehatan mental kita menjadi memprihatinkan.

Lebih berbahaya lagi jika kita kemudian 'menggugat' Sang Maha Kuasa atas pandemi yang menimpa kita. Kita memilih untuk kecewa dan marah. Kita mencari cara sekuat tenaga untuk selamat dari pandemi tanpa bertawakal kepada-Nya.

Padahal pandemi sejatinya adalah guru kesabaran kita.

Pandemi mengajarkan kita tentang bagaimana menjadi orang yang sabar. Bersabar untuk tidak sedikit-sedikit mengeluh dengan berbagai kejadian yang terjadi. Bersabar untuk menguatkan diri menghadapi satu demi satu ujian yang menghampiri di saat pandemi. Bersabar untuk belajar tentang berbagai hal baru. Bersabar untuk selalu mendekat dan terus mendekat kepada Ilahi Rabbi. Bersabar dengan berita buruk yang berseliweran di sekitar kita.

Kita memiliki inner circle yang mampu saling menguatkan. Manfaatkanlah. Karena kita tidak sendiri menghadapi ujian kesabaran yang ditimpakan untuk semua umat manusia ini. Pastikan inner circle kita merupakan orang-orang yang senantiasa mengajak kita untuk tidak lelah bersahabat dengan sang guru kesabaran.

Ketika kita mampu bersahabat dengan guru kesabaran, kita membuka mata akan kekuasaan Allah. Betapa kun fayakun memperlihatkan bahwa setiap manusia adalah makhluk yang lemah. Tak ada yang patut disombongkan. Tak ada seorang pun yang bisa menjamin keselamatan dirinya sendiri.  Tak ada seorang pun bisa menghindar dari maut yang menjemput.

Teruslah perkaya hati kita untuk berguru pada pandemi. Insya Allah kelak guru kesabaran itu akan menghadiahkan kita kekuatan yang tak pernah kita miliki sebelumnya.

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur