Segala hal yang baik, hendaknya dimulakan dengan membaca Basmalah, dan yang penting diingat bagaimana kita menampakkan tujuan dari Basmalah itu/ Foto: Ilustrasi (Net)
Segala hal yang baik, hendaknya dimulakan dengan membaca Basmalah, dan yang penting diingat bagaimana kita menampakkan tujuan dari Basmalah itu/ Foto: Ilustrasi (Net)
KOMENTAR

DIMULAKAN dengan Bismillah disudahi dengan Alhamdulillah Begitulah sehari dalam hidup kita Mudah-mudahan dirahmati Allah..

Begitulah petikan senandung nasyid dari grup Raihan, asal negeri jiran Malaysia yang pernah hits di sekitaran tahun 2000-an. Selain sedap didengar, nasyid ini menyejukkan hati sekaligus menggugah kesadaran tentang keajaiban basmalah, apapun hendaklah dimulakan dengan nama Allah.

Syaikh Bakar Abdul Hafizh Al-Khulaifat dalam buku Tafsir dan Makna Doa-Doa Dalam Al Qur'an mengutip, di mana Abu Ja'far berkata, “Sesungguhnya nama-nama Allah mulia dan Dia mengajarkan Nabi-Nya Muhammad untuk memulai segala hal yang baik dengan menyebut nama-nama-Nya yang baik, dan menjadikan hal tersebut sebagai sunnah bagi makhluk-Nya untuk memulai segala hal yang baik hingga Basmalah yang diucapkan oleh seseorang tersebut dapat menampakkan tujuan dari Basmalah tersebut.”

Segala hal yang baik, hendaknya dimulakan dengan membaca Basmalah, dan yang penting diingat bagaimana kita menampakkan tujuan dari Basmalah itu. Agar dapat dicerna dengan baik, mari disimak beberapa pengamalan Basmalah berikut ini:

Ketika banjir besar-besaran segera melanda, maka Allah menurunkan perintah agar Nabi Nuh beserta pengikutnya naik ke kapal dengan Basmalah. Sebagaimana yang tercantum dalam surat Hud ayat 41, yang artinya, “Dan dia berkata, ‘Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Bahtera Nabi Nuh memang besar dan tercanggih di zamannya, tetapi tidak akan berdaya menghadapi amukan banjir demikian dahsyat, di mana air laut sampai menenggelamkan puncak-puncak gunung. Bahtera Nuh bagaikan setitik noktah di tengah samudera luas. Maka, basmalah yang menjadi pelindungnya.

Tujuan Basmalah diucapkan bukan hanya sekadar selamat dari banjir, melainkan keselamatan itu akan berujung pada tegaknya generasi yang teguh dalam syiar agama Allah. Ada misi besar di balik kalimat basmalah yang diucapkan lisan dan diikrarkan oleh hati. Maka dari itu pula basmalah itu dapat menampakkan kedahsyatannya.

Manusia modern memang mampu membuat kapal lebih canggih dari bahtera Nabi Nuh, tetapi tanpa Basmalah, tanpa diiringi naungan Allah maka tidak akan ada yang sanggup menghadapi keperkasaan alam ciptaan Tuhan. Kita sama-sama tahu tragedi kapal Titanic yang membuat manusia demikian sombong, hingga mengatakan telah menciptakan kapal yang mustahil tenggelam. Apa mau dikata, tersenggol gunung es saja akhirnya tenggelam juga di dasar samudera nan kelam.

Menariknya, dalam urusan surat menyurat pun ada tuntunan agar menaunginya dengan Basmalah. Sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Naml ayat 30-31, yang artinya, “Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Betapa banyak surat menyurat yang telah kita lakukan, apakah telah dipayungi dengan Basmalah? Nabi Sulaiman mengirim surat pada Ratu Bilqis dengan menaunginya bersama Basmalah. Karena surat itu bukan sekadar secarik kertas, melainkan ada misi besar dalam lembaran tersebut, dan akhirnya kekuatan Basmalah pula yang membuat hati Ratu Bilqis terpikat, lalu kerajaan Saba’ nan indah menyembah Tuhan yang Esa dan meninggalkan penyembahan matahari. Ya, berkat mukjizat dari Basmalah.

Berbagai surat telah kita tuliskan; surat tugas, surat dinas, surat permohonan bantuan, surat cinta, dan lain-lainnya. Selain mencantumkan Basmalah, kita perlu mengiringinya dengan misi yang besar pada secarik kertas tersebut. Kalau tidak surat itu hanyalah perkabaran yang tipis makna belaka dan tidak akan mampu menjangkau visi yang lebih tinggi.

Jadi, Basmalah itu bukan sekadar gerak lisan, tetapi juga penting sekali amalan hati. Kita perlu menajamkan terlebih dulu tujuan dari mengucapkan Basmalah. Sebelum makan kita mengucapkan basmalah, lalu buat apa? Kalau sekadar mengobati lapar dan mencari kenyang, maka makhluk level hewan pun mampu meraihnya.

Namun, jika bacaan Basmalah sebelum makan itu kita tujukan demi kesehatan dan kekuatan tubuh agar tangguh menegakkan kebenaran kalimah tauhid di muka bumi ini, niscaya makanan dan minuman itu akan menghadirkan berbagai keajaiban di dalam tubuh.

Orang-orang bisa saja sama-sama minum obat, sama pula jenis obatnya, tetapi belum pasti menghadirkan kesembuhan yang sama. Bahkan, sekalipun sama-sama mengucapkan Basmalah, anugerah kesembuhan itu akan berbeda di tiap pasien. Sebab obat hanyalah sarana, sedangkan kesembuhan itu karunia Allah. Setiap bibir dapat mengucapkan basmalah tatkala minum obat, tetapi akan berbeda hasilnya berdasarkan ketajaman visi Basmalah masing-masing.

Bersama Basmalah, obat tersebut menjadi wasilah kesembuhan, karena tujuannya adalah terbebas dari sakit. Tetapi, basmalah dengan visi yang tajam, bukan hanya sembuh tetapi menjadikan kesembuhan diri sebagai bagian dari syiar keagungan Tuhan, maka basmalah ini akan lebih menakjubkan hasilnya.

Lalu bagaimana caranya mengamalkan basmalah, agar bukan saja menjadi ucapan lidah melainkan juga merupakan amalan hati dengan tujuan-tujuan yang besar?

Seorang pakar tafsir dari Mesir, Ahmad Musthafa Al-Maraghi menjelaskan secara konkrit pengamalan Basmalah dalam kitab Tafsir Al-Maraghi, bahwa:

“Kekuatan yang ada pada diriku untuk melakukan perbuatan itu adalah dari Allah, maka tidak ada kekuatan pada diriku, bahkan aku pun tak akan bisa berbuat apapun. Aku tidak akan melakukan perbuatan di atas nama diriku. Tetapi aku akan memulainya dengan menyebut nama Allah. Sebab, aku senantiasa memohon kekuatan dan pertolongan hanya kepada Allah. Jika tidak ada pertolongan dan kekuatan Allah, maka mustahil aku bisa melakukan perbuatan ini."

 

 




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur