Utsman bin Affan pernah mengatakan bahwa
Utsman bin Affan pernah mengatakan bahwa "jika hati kita bersih, niscaya kita tidak akan kenyang membaca ayat-ayat Allah."/ Net
KOMENTAR

DALAM sebuah hadits, Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa hati manusia dapat berkarat layaknya seonggok besi yang berkarat. Lalu ditanyakan pada beliau, apa obatnya, ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Membaca Al-Qur'an dan mengingat kematian." (H.R.Al-Baihaqi dari Ibnu Umar)

Al-Qur'an memuat panduan semua aspek kehidupan manusia. Dengan berpegang teguh pada ketentuan Allah dalam Al-Qur'an, hidup kita memiliki panduan. Agar tidak melangkah sembarangan dan tidak hanya berpegangan pada akal.

Manusia memang memiliki akal, namun akal memiliki keterbatasan. Ketika kita mengagungkan akal, kita akan kesulitan mencari solusi yang dapat menenangkan batin. Kita juga akan sulit berbalik ke arah kebenaran jika kita terlanjur melangkah ke arah kebatilan.

Karat adalah sebuah kerusakan yang muncul sedikit demi sedikit, dan tanpa disadari bisa menyebar hingga mengurangi fungsi bahkan merapuhkan batang besi. Sama halnya dengan 'karat' dalam hati manusia. Karat tersebut adalah perasaan-perasaan yang jika dibiarkan akan menggerus kemuliaan kita sebagai manusia—sebagai seorang mukmin.

Ada kesombongan yang tak pandang bulu. Kesombongan yang dibisikkan syaitan dengan sangat lembut ke dalam hati kita dengan berbagai cara. Kesombongan yang menyebabkan kita dengan mudah menertawakan dan meremehkan sesuatu yang bagi banyak orang merupakan sebuah kemewahan yang tak mampu dijangkau.

Selain sombong, karat juga bisa hadir dalam bentuk keragu-raguan hingga berkurangnya keyakinan terhadap kekuasaan Allah. Kita merasa ketakutan tidak bisa tercukupi kebutuhan kita di dunia, lalu menghamba pada sesama hamba.

Karat lainnya datang dalam bentuk malu menjalankan Islam secara komprehensif. Salat, zakat, dan puasa masih bolong-bolong bahkan sering memanfaatkan kemudahan syariah Islam, misalnya menjamak dua salat meski tak ada syarat terpenuhi.

Ada juga yang mengatakan bahwa "hubunganku dengan Tuhan adalah ranah privacy, tidak perlu diumbar" hingga merasa tidak perlu menutup aurat dengan baik, tidak sungkan berpakaian ketat, atau mengikuti wine toast demi dibilang manusia modern yang keren.

Utsman bin Affan pernah mengatakan bahwa "jika hati kita bersih, niscaya kita tidak akan kenyang membaca ayat-ayat Allah."

Maka tak ada jalan lain untuk segera membersihkan berbagai karat dalam diri kita dengan terus mendekat pada Al-Qur'an. Kita hanya perlu membulatkan tekad agar tidak gentar menghilangkan segala karat yang menghalangi kita untuk menjadi hamba yang diridhai Allah Swt.

Sebagai hamba, kita harus terus berusaha mengikis karat demi karat yang merusak hati. Tak ada yang mustahil bagi Allah untuk membalikkan hati hamba-Nya. Umat Islam tentu mengetahui bagaimana kisah awal Umar bin Khattab memeluk Islam.

Umar awalnya begitu membenci Muhammad saw. Bagi Umar, Muhammad dan Islam yang dibawanya telah memecah belah masyarakat Mekkah, terutama orang-orang Quraisy.

Syahdan, Umar mendengar bacaan Al-Qur'an dari rumah adiknya yang bernama Fatimah. Bergejolaklah hati Umar. Allah memberinya hidayah untuk masuk ke dalam golongan orang saleh. Kebencian seketika musnah dari dalam dirinya berganti dengan getar iman.

Dalam perjalanan hidupnya, Umar merupakan sahabat Nabi yang sangat dikenal dengan keberaniannya membela Islam. Dialah Singa Padang Pasir yang kemudian menjadi khalifah ke-2 setelah Abu Bakar Ash-Shidiq. Bayangkanlah, seorang Umar yang dikenal ganas bisa melembut bahkan mencair hatinya karena terpesona ayat Qur'an.

Maka semakin dekat kita pada Qur'an (tak bosan membacanya, mencari pengetahuan baru, meresapi maknanya), maka insya Allah karat yang mengotori hati perlahan akan memudar. Kita harus dapat mampu memelihara kebersihan hati agar kelak tidak mengundang siksa neraka di akhirat.

Jika ayat-ayat Allah Swt. sudah tidak mampu memperbaiki diri kita, bagaimana kita bisa menyelamatkan diri dari siksa api neraka? Wallahu 'alam.

 

 

 

 

 

 

 




Dunia Adalah Ujian: Menjaga Keseimbangan Emosi di Tengah Badai Kehidupan

Sebelumnya

Ingat Akhiratmu, Maka Duniamu Terasa Mudah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur