DALAM hidup, kita akan dihadapkan dengan cobaan yang teramat berat, yang tak ternalar, yang mengantarkan pada kondisi amat kritis, yang membuat tak berdaya. Dan janganlah pernah berputus asa! Sebab masih ada cara extraordinary (luar biasa) dalam menyelamatkan diri, yaitu dengan menjemput pertolongan Allah.
Selama ini kita hanya mengenal dua malaikat di kiri dan kanan manusia, yang bertugas mencatat amalan baik dan buruk, yaitu malaikat Raqib dan malaikat Atid. Ternyata Allah juga menyediakan malaikat yang bertugas menjaga manusia di depan dan belakang, yang disebut dengan malaikat Hafazhah atau malaikat pemelihara.
Seperti yang diterangkan Surat ar-Ra'd ayat 11, yang artinya, “Bagi manusia ada pengikut-pengikut (malaikat-malaikat) yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.”
Pada Tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan katayahfazhunahu: memeliharanya, dapat dipahami dalam arti mengawasi manusia dalam setiap gerak langkahnya, baik ketika dia tidak bersembunyi maupun saat persembunyiannya. Dapat juga dalam arti memeliharanya dari gangguan apa pun yang dapat menghalangi tujuan penciptaannya.
Pemeliharaan Allah terhadap setiap jiwa bukan hanya terbatas pada tersedianya sarana dan prasarana kehidupan, seperti udara, air, matahari, dan sebagainya, tetapi lebih dari itu.
Dalam kehidupan kita ada yang dikenal dengan istilah inayatullah, di samping sunnatullah.
Jika ada kecelakaan fatal dan seluruh penumpang tewas, yang demikian adalah sunnatullah, yakni sesuai dengan hukum-hukum alam yang biasa kita lihat, tetapi bila kecelakaan sedemikian hebat, yang biasanya menjadikan semua penumpang tewas, tetapi ketika itu ada yang selamat, ini adalah inayatullah yang merupakan salah satu bentuk pemeliharaan-Nya.
Nah, ada malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah untuk menangani pemeliharaan itu.
Kita dijaga oleh malaikat secara khusus, sayangnya kita malah mengabaikan keberadaan malaikat-malaikat Hafzhah, tidak memedulikannya. Pengabaian itu terjadi hanya karena kita tidak mempelajari kandungan Al-Qur'an. Padahal melalui malaikat Hafazhah itulah Allah memberikan pertolongan extraordinary tersebut.
Ada baiknya kita memahami perbedaan antara sunnatullah dengan inayatullah. A. Athaillah dalam bukunya yang berjudul Rasyid Ridha: Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir al-Manar menyimpulkan bahwa sunnatullah adalah ketentuan-ketentuan (hukum) Allah yang berlaku pada segenap alam semesta dan berjalan secara teratur, tetap dan otomatis. Contohnya, menurut sunnatullah atau hukum alamnya, api memiliki sifat panas yang membakar, begitu selamanya sehingga api tidak mungkin dingin membeku.
Sedangkan inayatullah adalah pertolongan Allah yang dahsyat hingga mampu melampaui sunnatullah atau hukum alam. Dalam inayatullah, sering terjadi keajaiban-keajaiban yang tampak seperti tidak masuk akal. Namun berkat kebesaran Allah, itu semua dapat terjadi.
Sunnatullah berjalan berdasarkan hukum alam; api itu membakar, air itu basah, es itu membeku dan sebagainya. Apabila terjadi kecelakaan pesawat terbang, semua penumpang tewas akibat ledakan hebat dan jatuh dari ketinggian, begitu menurut hukum alam atau sunnatullah. Tetapi bagaimana bisa ada bayi yang selamat dan tetap hidup di antara puing-puing pesawat itu?
Dalam hukum alam atau sunnatullah bayi itu harusnya mati seperti penumpang lainnya. Nah, kejadian macam inilah yang disebut inayatullah, Allah memberikan pertolongan luar biasa melalui malaikat Hafazhah (pemelihara) untuk menyelamatkan nyawa bayi itu. Inayatullah itu kedahsyatannya memang di atas sunnatullah. Makanya kita tidak perlu heran melihat kejadian-kejadian ajaib semacam itu.
Sejumlah kejadian menghebohkan terkait inayatullah ini sebetulnya lumayan banyak, di antaranya yang diungkap http://internasional.kompas.com bahwa seorang balita berhasil diselamatkan dari sebuah pesawat Airbus 310 maskapai penerbangan Yaman yang jatuh di Samudera Hindia. Balita ini merupakan orang pertama yang ditemukan selamat dari pesawat yang mengangkut lebih dari 150 orang dan hendak mendarat di ibu kota Komoro, Moroni.
Dengan nalar biasa sulit bagi kita menerima kenyataan bayi itu selamat. Dia hanyalah bayi mungil yang jatuh dari ketinggian. Jangankan tubuh bayi yang terdiri dari daging dan tulang, pesawat dari bahan besi baja saja sudah lumat begitu terkapar ke bumi. Di sini hukum alam atau sunnatullah itu berubah menjadi inayatullah melalui peran malaikat Hafadzah yang memberikan perlindungan Tuhan.
Di malam yang pekat itu, dua mobil berkecepatan tinggi bertabrakan keras. Blar!! Mobil yang ditumpangi seorang ustad yang gemar berdakwah tentang spiritual sudah rusak berat, bahkan truk yang menabrak juga sudah berantakan wujudnya. Orang-orang ngeri membayangkan bagaimana kondisi penumpang mobil ringsek itu. Jangan-jangan bukan saja mati, tapi kondisi tubuhnya juga lumat.
Luar biasa! Kecelakaan demikian keras tak berujung kematian. Sang ustad beserta istri dan anak-anaknya sehat-sehat saja. Bahkan bayi yang ikut serta pun tidak lecet sedikitpun. Kondisi ini mengherankan sebab bagian depan mobil sudah hancur total.
Kejadian di luar nalar ini hampir saja berujung pada kesimpulan sang ustad punya kesaktian. Tentu saja tidak, dia tidak memiliki kesaktian apapun. Dia hanyalah pendakwah yang menyerahkan dirinya pada Allah. Tapi kok bisa selamat?
Sang ustad bicara, “Dalam hitungan detik, ada cahaya putih tipis menyelimuti mobil. Alhamdulillah kami semuanya selamat tanpa cedera. Itu adalah pertolongan Allah melalui malaikat Hafazhah.”
Menurut sunnatullah atau hukum alam, mestinya seluruh penumpang mobil itu cedera bahkan mungkin mati. Namun kejadian di luar hukum alam ini berubah karena inayatullah atau bantuan Allah.
Ini baru satu contoh inayatullah atau pertolongan Allah dari jutaan contoh lain yang seringkali tidak terberitakan kepada khalayak ramai. Sebaiknya mari kita kembali mengingat-ingat, sejauh ini sudah berapa kali kejadian inayatullah yang menyelamatkan diri kita dari marabahaya.
Kita pun tidak dapat memuja-muja hukum alam sebagai sebuah keharusan mutlak. Toh, hukum alam atau sunatullah itu tetap saja ciptaan Allah yang berguna membuat keteraturan di alam semesta. Tetapi, tanpa sunatullah berupa hukum alam itu sekalipun, alam semesta ini tentu saja masih bisa dibuat terkendali oleh Allah.
Kehadiran inayatullah yang seolah-olah menyalahi sunnatullah bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Saat suatu sunatullah dilanggar atau dikalahkan oleh inayatullah, pada saat itu Allah juga membuat keteraturan tersendiri untuk alam semesta milik-Nya. Jadi, kita jangan mendewa-dewakan hukum alam, sebab Allah yang berkuasa di atas segalanya. Dari itulah wajar bila inayatullah memiliki kedahsyatan melampaui sunnatullah berupa hukum alam.
Hakikatnya inayatullah itu adalah pertolongan khusus dari Allah kepada hamba-Nya. Nah, kabar baiknya pertolongan ini sesungguhnya amat dekat, dari itu hendaklah kita menjemputnya. Di antara gerbang utama menjemput pertolongan Allah itu ialah dengan kekuatan doa.
KOMENTAR ANDA