Sebagai mukjizat Nabi akhir zaman, Al-Qur'an bukan sekadar petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Al-Qur'an juga menjaga manusia yang membacanya/ Net
Sebagai mukjizat Nabi akhir zaman, Al-Qur'an bukan sekadar petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Al-Qur'an juga menjaga manusia yang membacanya/ Net
KOMENTAR

AL-QUR'AN adalah petunjuk bagi umat yang mau berpikir. Siapa yang menggunakan akalnya, dia akan menghabiskan banyak waktu untuk mengaji dan mengkaji isi wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. tersebut.

Sebagai mukjizat Nabi akhir zaman, Al-Qur'an bukan sekadar petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Al-Qur'an juga menjaga manusia yang membacanya. Tentu saja, jika orang tersebut tidak hanya membaca ayat-ayat Allah tapi juga mengamalkan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya yang ada dalam ayat-ayat tersebut.

Abu Hurairah R. A. berkata, "Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur'an lapanglah penghuninya, banyak kebaikan, para malaikat menghadirinya dan para syaitan meninggalkannya. Sebaliknya, rumah yang tak dibacakan Al-Qur'an sempitlah penghuninya, sedikit kebaikannya, malaikat meninggalkannya, dan syaitan-syaitan mendekatinya."

Maka ketika kita merasa sudah mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan merasa sudah berbuat baik kepada orang lain, tapi masih saja merasa tidak tenang, sulit berpikir, kerap teledor dan lupa, itu salah tanda kita kurang menghadirkan 'penjaga' hidup kita, Al-Qur'an, dalam keseharian kita.

Atau bisa juga, kita sudah mendirikan salat lima waktu tapi tetap merasa kesulitan untuk meninggalkan maksiat dan perbuatan sia-sia. Itu juga menjadi satu tanda syaitan mendekat dan malaikat meninggalkan kita karena kita enggan membuka Al-Qur'an.

Ibadah kepada Allah Swt. hendaknya menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Kita tidak bisa menjadi baik dalam satu jenis ibadah saja lalu menganggap remeh ibadah lain. Karena kita tidak pernah tahu dari perbuatan baik mana ridha Allah akan terbuka bagi kita untuk masuk ke surga-Nya.

Banyak juga dari kita melakukan ibadah dengan tergesa-gesa, tanpa tuma'ninah, tanpa meresapi maknanya, tanpa kesadaran dan fokus. Yang penting salat, mau di akhir waktu dan terbilang kilat, tidak peduli. Yang penting baca Qur'an, tidak peduli makhraj dan tajwidnya salah.

Islam mengajarkan adab dalam beribadah. Kita sebaiknya menjalankan adab tersebut agar ibadah yang kita lakukan benar-benar menjadi sarana pendekat kita kepada Sang Khalik serta membawa efek positif bagi mental dan rohani.

Ketika Qur'an menjaga kita dan rumah kita, insya Allah kita bisa menatap masa depan dengan lebih optimis. Hari-hari pandemi bisa kita lalui dengan tetap semangat dan tidak banyak mengeluh. Kita menjalankan yang terbaik sambil tetap berpasrah.

Ketika Qur'an menjaga kita dan rumah kita, yang ada bukanlah kelelahan dan amarah, tapi keriuhan dan keceriaan. Meski berkutat pada kesibukan belajar dan bekerja, suasana tetap terasa 'sejuk' dan kepala tetap dingin. Ayah, ibu, dan anak-anak bisa saling menguatkan.

Dalam buku Ihya 'Ulumuddin, Imam Ghazali mengatakan bahwa setiap huruf Al-Qur'an dijaga oleh para malaikat. Setiap malaikat senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka yang membaca Al-Qur'an.

Al-Qur'an memuat 114 surat dan 6000-an ayat (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menjelaskan adanya perbedaan jumlah ayat berdasarkan periwayatan dan qiraah-nya) serta 77.439 kalimat dan 325.345 huruf (mengutip ulama Madinah Imam Atha bin Yasar).

Maka bayangkanlah, sebanyak 325.345 malaikat mendoakan kita selama kita membaca Al-Qur'an. Masya Allah. Sungguh merugi jika kita memilih terus menunda dan malas membaca Al-Qur'an dan tergilas kesibukan.

Wallahu a'lam.

 

 

 

 

 

 




Dunia Adalah Ujian: Menjaga Keseimbangan Emosi di Tengah Badai Kehidupan

Sebelumnya

Ingat Akhiratmu, Maka Duniamu Terasa Mudah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur