RAJA Anusyirwan sedang melakukan perburuan. Ia sangat asyik berburu sehingga terlepas dari pasukannya. Dalam keadaan haus, ia sampai di sebuah kebun. Di kebun itu ia melihat banyak sekali pohon delima. Kepada anak penunggu kebun, raja berkata, “Berikan kepadaku sebutir delima.”
Delima itu ternyata sangat manis dan airnya yang lezat keluar melimpah. Raja sangat terkesan dengan delima di kebun itu sehingga dia terpikir untuk mengambil kebun itu dari pemiliknya.
Pada kali yang kedua, ia meminta satu butir delima lagi. Aneh, sekarang delima itu sedikit sekali airnya dan kecut rasanya. Ia bertanya, “Hai anak, mengapa delima ini menjadi begini?”
Si anak menjawab, “Mungkin ada raja di negeri ini yang bermaksud berbuat zalim. Karena niat jeleknya, maka delima ini menjadi begini.”
Pada saat itu juga Anusyirwan bertobat dalam hatinya. Raja berkata lagi pada anak itu, “Berikan aku satu delima lagi.”
Sekarang delima itu terasa lebih enak dari delima sebelumnya. Ia bertanya, “Hai anak, mengapa delima ini berubah seperti ini?”
Penjaga kebun berkata, “Barangkali raja negeri ini bertobat dari kezalimannya.”
Ketika mendengar ucapan anak itu, yang sesuai dengan keadaan hatinya, Anusyirwan betul-betul bertobat. Al-Fakh Ar-Razi meriwayatkan kisah ini ketika menjelaskan tafsir ayat; maliki yaumiddin.
Raja Anusyirwan jelas diserang penyakit hati, dia ingin merampas kebun delima milik orang lain. Meskipun baru terbetik dalam hati, itu telah tergolong hati yang berpenyakit. Kabar baiknya, Anusyirwan lekas menyadari gejala penyakit hati, ia mau mendengar nasihat anak penjaga kebun dan mau segera bertobat.
Belasan abad telah berlalu dan hingga sekarang kisah tentang hati raja yang berpenyakit tersebut masih saja menarik untuk dikaji. Penyakit hati itu memang agak rumit, untuk tidak menyebutnya sulit, mengingat tidak ada demam panas yang biasanya menjadi penanda pada tubuh yang sakit.
Masalahnya, mengapa hati itu tidak dapat dimintai fatwa? Mengapa hati tak mampu melihat cahaya kebenaran? Apakah yang menghambat sehingga hati itu bagaikan mati?
Jawabannya adalah, karena hati itu tengah berpenyakit.
Berbagai penyakit hati itu dapat kita kenali, semacam dengki, tamak, buruk sangka, serakah, dan lain-lainnya yang tergolong hal-hal buruk. Hati yang berpenyakit tidak akan mau menerima kebenaran. Dan hati macam inilah yang membuat manusia semakin menjauh dari Tuhannya.
Bagaimana mengetahui hati yang berpenyakit?
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Siapa saja mempunyai sesuatu yang lebih dicintainya daripada Allah maka hatinya sedang sakit. Sama halnya seperti perut seseorang yang lebih menyukai tanah daripada roti dan air, atau hilang sama sekali seleranya terhadap roti dan air. Perut seperti itu adalah perut yang sakit.
Penjelasan ini lebih memudahkan kita dalam mendeteksi hati yang berpenyakit. Tatkala kemurnian hati itu telah tertawan oleh sesuatu yang selain Allah, maka segeralah bartobat.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menerangkan dalam buku Terapi Penyakit Hati, bahwa dosa dapat juga mengubah hati, dari sehat dan lurus menjadi sakit dan runtuh. Karena dosa, hati akan tetap sakit dan payah. Tiada obat untuk menyembuhkannya selain meninggalkan maksiat.
Lebih terangnya, cara mengobati penyakit hati dijelaskan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, bahwa hati juga tak akan sampai kepada Tuhannya kecuali ia benar, sehat dan bersih. Keadaan sehat, benar dan bersih tidak akan tercapai bila penyakitnya tidak berbalik.
Di sinilah jiwanya membutuhkan obat. Untuk itu, hati harus bertentangan dengan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah penyakit yang dapat disembuhkan hanya dengan menentang kehendaknya.
Apa bila dalam lalu lintas jalan raya kita mengenal contra flow atau melawan arah, maka dalam lalu lintas yang dilawan itu adalah hawa nafsu. Selisihilah nafsumu maka akan sehat hatimu.
Dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin, Al-Ghazali menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta kita agar diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati, ”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat.”
KOMENTAR ANDA