Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ANCAMAN transmisi virus Covid-19 telah masuk ke unit sosial terkecil, yaitu keluarga. Klaster-klaster keluarga bermunculan, di Bekasi sebanyak 155 klaster, Bogor 48 klaster, Malang 10 klaster, Jogjakarta 9 klaster, dan Semarang 8 klaster.

Kebijakan, protokol, dan sistem monitoring pemerintah, pemda, dan perusahaan tidak berhasil menahan transmisi virus dari ruang publik atau tempat kerja ke rumah. Sistem zonasi yang seperti ilusi, hanya pewarnaan peta tanpa pembatasan mobilitas antar daerah. Seseorang yang berada di zona merah boleh berkunjung ke daerah lain.

Masyarakat juga mengabaikan protokol kesehatan serta VDJ (Ventilasi, Durasi, Jarak). Mereka yang membawa virus dari luar daerahnya, misalnya pulang jalan-jalan, liburan, dan tempat keramaian lain. Kultur sosial silaturahmi dan interaksi sesama warga pun tidak diperhatikan. Penyebar virus tidak bergejala, sehingga terlihat sehat-sehat saja.

Apakah Itu Klaster Keluarga?

Klaster Keluarga terbentuk ketika salah satu anggota keluarga terinfeksi virus, lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya, sehingga satu rumah tangga tertular covid-19 saat berada di rumah sendiri.

Klaster Keluarga menjadi sangat berbahaya ketika kultur bangsa Indonesia yang mengutamakan silaturahmi membuat transmisi satu keluarga ke keluarga lainnya akan mempercepat penularan masif. Seperti halnya di Bogor, satu RW terjangkit covid. Hal ini diperburuk dengan stigma takut dikucilkan oleh masyarakat, namun akhirnya berperan sebagai spreader.

Aktivitas warga yang menyebabkan klaster Keluarga semakin masif adalah:

1. Membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek/perumahan tanpa protokol kesehatan dan protokol VDJ yang kuat. Anak-anak bisa berperan sebagai carrier virus. Pemahaman protokol kesehatan anak-anak tidak sekuat orang dewasa. Anak-anak juga tiga kali lipat terbiasa menyentuh barang dibanding orang dewasa.

2. Kegiatan kumpul warga seperti saling mengunjungi rumah, arisan, rapat, perayaan hari besar negara/agama, kegiatan mudik, kegiatan olahraga bersama, penyuluhan, dan lainnya.

3. Liburan, piknik, atau jalan-jalan ke tempat yang ramai. Hal ini sangat berpotensi membawa virus ke lingkungan keluarga.

Studi kasus klaster Keluarga di Bogor, 34,7 persen terjadi akibat imported case, yaitu aktivitas warga bepergian ke daerah lain, kemudian tertular dan membawanya ke rumah. Dari 189 anggota keluarga yang terpapar, sebagian besar adalah lansia dan anak-anak. Karenanya, mereka disarankan untuk tidak keluar rumah jika tidak dalam keadaan penting.

Dari jumlah itu, 24 persennya adalah orang tanpa gejala (OTG). Ini sangat mengkhawatirkan, lantaran mereka tidak merasa sakit sehingga dengan leluasa keluar rumah.

Uniknya, berdasarkan survei Dinkes Bogor hanya 15 persen warga yang percaya covid-19. Selebihnya ragu-ragu dan tidak percaya jika covid-19 itu ada.

Hal serupa terjadi di New York, Amerika Serikat. Di sana, 66 persen warganya yang dirawat tertular dari keluarganya sendiri. Data dari survei yang diambil pada Mei 2020, pakar Public Health menyimpulkan, tingginya klaster Keluarga disebabkan karena kebanyakan pasien tinggal dengan keluarga yang sering keluar rumah dan tinggal di apartemen yang sangat padat, sehingga eksposur meningkat.

Eksposur yang lama dengan anggota keluarga, tinggal di rumah tangga multi generasi, dan tinggal di lingkungan padat mempercepat penularan.

Perhatikan Protokol VDJ di Rumah

Setiap rumah tangga memiliki faktor risiko penularan yang berbeda. Walaupun sulit untuk benar-benar menghilangkan kemungkinan terkena covid, setiap keluarga bisa meminimalisir risiko penularan dengan memperhatikan VDJ di rumah.

Ventilasi: Buka jendela dan pintu agar udara segar mengalir. Hindari berada di ruangan tertutup, khususnya dengan anggota keluarga yang rentan dan keluarga yang sering keluar rumah.

Durasi: Sediakan kamar terpisah jika ada anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah dan kurangi interaksinya dengan keluarga yang rentan.

Jarak: Jika memungkinkan, anggota keluarga yang bekerja di luar diharapkan menjadi social distancing dan memakai masker di sekitar keluarga lainnya, terutama lansia dan balita.

Cara lain agar klaster keluarga tidak semakin masif adalah:

1. Patuhi protokol kesehatan di mana dan kapanpun.
2. Analisa risiko dan jalankan protokol VDJ.
3. Selektif menerima kunjungan orang lain ke rumah.
4. Seluruh warga di satu RT harus satu pemahaman tentang pandemi.
5. Lakukan silaturahmi secara online.
6. Sebisa mungkin di rumah saja, jangan jalan-jalan atau liburan.
7. Jika bergejala, segera periksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit.

Sayangi keluarga mu, patuhi protokol kesehatan dan protokol VDJ. Usahakan beraktifitas di luar rumah untuk hal esensial saja. Sebab, saat ini 80 persen penderita covid-19 adalah asymptomatik (tak bergejala).

Ingat, jangan bawa transmisi virus ke rumah dan keluargamu!




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health