TERHITUNG hari ini, angka kasus Covid-19 terkonfirmasi di Italia mengalami penambahan yang cukup signifikan. Tercatat ada tambahan sebanyak 1.296 kasus, hingga total covid-19 terkonfirmasi mencapai 278 ribu dengan angka kematian mencapai 35.542 (hari ini 7 orang meninggal dunia) dan total pasien sembuh sebanyak 210 ribu.
Meski angka kasus terkonfirmasi masih sangat tinggi, namun rencananya pemerintah Italia akan membuka sekolah tatap muka. Diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Italia Esti Andayani, pembukaan sekolah akan dilakukan pada 14 September mendatang.
"Keputusan ini adalah hasil pembicaraan dengan seluruh region dan pihak sekolah. Di awal memang ada banyak penolakan terkait kesiapan pihak sekolah untuk memenuhi protokol kesehatan," kata Esti dalam Webinar RMOL World View: Ujicoba Solidaritas Uni Eropa, Senin (7/9).
Pembukaan sekolah tatap muka diputuskan dengan beberapa pertimbangan. Yang paling utama adalah terkait tidak siapnya beberapa sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh dengan sistem online, meskipun akses internet di sana sudah sangat baik.
Kemudian, para guru juga sempat melontarkan keberatan lantaran rasa takut terinfeksi kembali. Tetapi hal ini diantisipasi pemerintah dengan mempersiapkan insentif untuk para guru.
"Insentif tersebut dipakai guru untuk mempersiapkan kelas yang sesuai dengan protokol kesehatan. Karena nantinya maksimal yang belajar di dalam kelas adalah 15 siswa, maka kelas akan dibagi dua sehingga insentif guru akan dipakai untuk penambahan tenaga pengajar dan ruang kelas. Kalau tidak salah, besaran insentif yang digelontorkan pemerintah adalah 1 juta Euro," papar wanita yang sudah 36 tahun berkarier di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) ini.
Reaksi luar biasa datang dari para siswa. Mereka mendukung penuh rencana pemerintah membuka sekolah, meskipun para orangtua di sana masih menaruh kekhawatiran.
"Mereka (anak-anak) berteriak senang, karena memang sudah setengah tahun tidak bertemu dengan teman-temannya," ujarnya.
Klaster Tempat Hiburan Malam
Sementara itu, menurut Esti, klaster tempat hiburan malam menduduki tempat tertinggi penularan Covid-19. Hal ini diketahui setelah dilakukan tracing serius, bahwa rata-rata mereka yang pergi ke klub malam tidak menggunakan masker dan tidak mengikuti protokol kesehatan lainnya. Semenjak itu pula, pemerintah setempat memutuskan untuk menutup seluruh tempat hiburan malam hingga akhir September dan mewajibkan warganya di jam-jam sibuk untuk selalu menggunakan masker.
"Klaster kedua adalah para pekerja migran pertanian. Jadi sama seperti di Indonesia, secara lokal ada lockdown dan pembagian zona untuk wilayah kuning, dan oranye. Sesuai dengan jumlah kasus yang ditemukan," katanya.
Untuk klaster anak-anak yang diketahui sebagai silent carrier, sejauh ini belum ada. Alasannya, lansia dan anak-anak hanya diperbolehkan keluar rumah 1 jam saja. Itupun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Meskipun kunjungan keluarga diperbolehkan, namun tidak diperkenankan makan bersama. Tidak pula diperbolehkan masuk rumah sebelum mencuci tangan atau memakai masker.
"Tapi tidak tahu bagaimana perkembangannya jika nanti sekolah benar-benar dibuka," demikian Ibu Dubes.
KOMENTAR ANDA