PERNAH dengar tentang generasi "Phi" (π)? Generasi ini adalah mereka yang lahir antara tahun 1989 hingga 2000. Mereka disebut-sebut sebagai generasi pengubah Indonesia. Generasi Phi merupakan milenial Indonesia yang tidak sama dengan milenial pada umumnya. Generasi Phi tumbuh besar di era transisi. Punya identitas yang sangat cair dan cara berpikir yang fleksibel.
Begitu penjabaran Dr Muhammad Faisal mengenai generasi Phi, yang disampaikannya pada Nina Nugroho Solution, Sabtu (5/9).
"Suatu peristiwa akan melahirkan sebuah generasi yang membentuk sebuah memori bersama yang akan mewarnai nilai-nilai keyakinan dan idealisme suatu generasi," kata Dr Faisal.
Karena memiliki sebuah memori bersama, generasi Phi kemudian membentuk 5 karakter, yaitu memiliki sifat komunal, cenderung menyukai kesederhanaan, memiliki naive personality, sangat into values, dan memegang kuat nilai kekeluargaan (matters value).
"Generasi Phi tidak bisa hidup sendiri, selalu berkerumun dan saling mendukung. Mereka juga bisa dibilang nonambisius namun lebih fleksibel dalam mengambil keputusan hidup," jelas dia.
Sementara naif yang dimaksud di sini adalah karakter positif. Sebagai contoh dalam persahabatan, generasi yang besar di tengah era reformasi ini sangat menghargai ketulusan dan kesetiaan dan nilai-nilai pengabdian serta pengorbanan. Dan hal-hal yang mendukung kearifan, kebajikan, serta nilai religius, sangat kuat terbentuk di generasi ini.
"Generasi phi Indonesia sangat memegang kuat nilai kekeluargaan. Kebahagiaan dalam keluarga punya bobot besar bagi generasi phi dinera globalisasi ini," paparnya.
Di masa pandemi saat ini, generasi phi hadir sebagai personal yang revolusioner. Mereka bergerak cepat untuk membuat dapur-dapur umum, tempat cuci tangan, maupun bantuan-bantuan kepada tenaga medis.
"Mereka ini bergerak dengan sendirinya secara naluriah berbasis komunitas dan kolektifitas. Inilah bentuk generasi phi sebagai generasi kurator, yang selalu mencari cara atau berinovasi menemukan caranya tersendiri untuk menghadapi sebuah keadaan," urai Dr Faisal.
Lebih jauh, generasi phi yang saat ini sudah tumbuh menjadi orangtua, lebih over protective terhadap keadaan. Padahal ada baiknya para orangtua melepas atau memberikan sedikit kebebasan kepada ada untuk berekspresi.
"Sama halnya dengan harimau kebun binatang yang dilepas di tengah kota, tidak sampai seminggu mereka akan mati. Karena mereka tidak terbiasa tinggal di hutan, tidak tahu bagaimana harus survive dengan kondisi yang "berbahaya". Itulah mengapa kita harus memberikan kebebasan kepada anak, agar ketika mereka besar dan keluar dari zona amannya, mereka mampu untuk bertahan hidup," ceritanya.
Setelah pandemi, Indonesia akan melewati masa resesi. Di saat itulah peran anak muda, komunitas-komunitas yang ada, dapat bersatu untuk membangun perekonomian menjadi lebih baik lagi, sehingga resesi tidak terlalu berdampak negatif bagi perekonomian bangsa.
KOMENTAR ANDA