Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Sejatinya, tidak ada yang benar-benar idaman apalagi impian. Kriteria yang direka-reka di alam imajinasi itu sulit terwujud di alam nyata. Lagi pula sungguh tidak adil memaksa istri menjadi bukan dirinya sendiri hanya untuk memenuhi kriteria idaman yang nyaris mustahil.

Kita tentu pernah mempunyai impian tentang diri sendiri, misalnya pada usia 30 tahun telah punya perusahaan sendiri, mengendarai mobil pribadi dan memiliki vila. Ternyata, sampai usia 50 tahun kita masih jadi karyawan, bolak-balik naik angkutan umum dan tinggal di Pondok Mertua Indah (PMI) alias numpang.

Apakah diri kita bukanlah pribadi impian? Kalau merasa begitu, kita akan sakit sendiri. Tetapi dengan sedikit merubah kriteria idaman atau impian itu niscaya kita akan merasa amat spektakuler; betapa indahnya hubungan dengan mertua sehingga masih rukun tinggal seatap hingga usia yang telah sama-sama tua, dan alangkah tangguhnya diri kita tetap kuat bekerja di usia 50 tahun saat rekan-rekan telah sakit-sakitan atau malah sudah meninggal dunia.      

Untuk membuat diri kita menjadi pribadi yang idaman atau impian saja amat sulit, apa lagi sampai memaksakan impian idealis itu kepada istri, kita bisa jadi sakit sendiri nantinya. Kita tidak dilarang memiliki impian, tetapi akan lebih enak kalau berani merevisinya agar lebih realistis. Karena saat ini kita berkecimpung di alam nyata bukannya di alam mimpi.      

 




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur