Goriilaz di atas panggung, London. (Instagram/@gorillaz)
Goriilaz di atas panggung, London. (Instagram/@gorillaz)
KOMENTAR

SETELAH lebih dari dua dekade sejak debutnya yang fenomenal, Gorillaz kembali membawakan album pertama mereka secara langsung di panggung Copper Box Arena, London. Namun kali ini, tanpa kemasan megah atau parade bintang tamu seperti biasanya, justru dengan kesederhanaan yang menyentuh.

Konser ini menjadi semacam kilas balik ke masa ketika Gorillaz pertama kali muncul sebagai proyek eksperimental antara musisi Damon Albarn dan seniman visual Jamie Hewlett. Dirilis di pergantian milenium, album debut mereka menyuguhkan kombinasi genre yang unik dan kolaborasi lintas batas, menjadikan Gorillaz bukan hanya band virtual pertama, tetapi juga yang paling sukses secara global.

Dalam pertunjukan ini, lagu-lagu seperti Clint Eastwood, 19-2000, dan Rock the House dibawakan secara langsung tanpa banyak efek teatrikal. Penonton disuguhkan pengalaman yang lebih intim, lebih fokus pada musik dan visual khas Gorillaz yang diproyeksikan di layar, mengingatkan bahwa konsep visual tetap menjadi jantung dari identitas band ini.

Meski tanpa kehadiran bintang tamu seperti yang kerap hadir di tur sebelumnya, kualitas musikal tetap tak berkurang. Bahkan, suasana lebih fokus pada kekuatan lagu-lagu itu sendiri. Salah satu momen paling mengharukan adalah ketika Latin Simone dimainkan, lengkap dengan suara Ibrahim Ferrer penyanyi Kuba yang meninggal 20 tahun lalu dan cuplikan visualnya yang muncul di layar. Lagu tersebut menjadi penghormatan yang tenang namun penuh makna bagi salah satu kolaborator paling berkesan dalam sejarah Gorillaz.

Dilansir CNN Internasional, penampilan ini juga menjadi bagian dari perayaan 25 tahun Gorillaz, yang dilengkapi dengan pameran interaktif di Taman Olimpiade London. Acara ini mengajak penggemar baru maupun lama untuk menelusuri perjalanan band dari masa ke masa, dari eksperimen musik digital hingga menjadi fenomena budaya global.

Menariknya, meskipun Albarn tampil dengan pendekatan yang lebih santai dan minim interaksi, energi dan dedikasinya terhadap setiap lagu tidak berkurang sedikit pun. Ini bukan pertunjukan besar penuh kejutan seperti yang biasa ditawarkan Gorillaz, tapi lebih seperti undangan pribadi untuk menyelami akar dari proyek musik yang telah melampaui batasan waktu dan genre.

Dan jika malam itu adalah bentuk penghormatan terhadap masa lalu, maka para penggemar jelas berharap masa depan Gorillaz tetap akan seinovatif, segar, dan penuh kejutan seperti awal kemunculannya.




Belum Rilis, Album Baru Taylor Swift Sudah Pecahkan Rekor di Spotify

Sebelumnya

Menanti Detik Comeback BTS yang Dinanti Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Entertainment