KITA sering mengutip ayat yang disebutkan 31 kali dalam surah Ar-Rahman yaitu fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan yang berarti “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Ayat tersebut mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan tidak mendustakan rahmat Allah yang kita rasakan setiap detik.
Salah satu nikmat yang kerap terabaikan adalah kesehatan. Manusia kerap lupa bahwa sehat adalah nikmat yang tak terkira bahkan mengalahkan nikmat dalam bentuk kelebihan materi.
Bukankah kita melihat banyak orang yang hidup berkecukupan tapi harus bolak-balik dirawat di rumah sakit karena menderita banyak penyakit? Atau mungkin orang yang sudah bertahun-tahun terbaring akibat stroke di dalam rumahnya yang sungguh megah berikut deretan mobil mewah yang siap mengantarnya ke mana saja. Tapi dia tak bisa menikmati semua itu karena kesehatan tidak mengizinkannya.
Saat ini, ketika pandemi melanda, barulah kita terhenyak. Menyadari bahwa kesehatan adalah sebuah harta tak ternilai. Karunia yang jauh lebih berharga dari uang. Kita pun tergopoh-gopoh mulai memperhatikan kesehatan. Mulai berolah raga, mulai berjemur, mulai memperhatikan nutrisi dalam makanan kita, juga mulai konsisten menjaga kebersihan.
Meski sudah mematuhi protokol kesehatan, kita terkadang masih dihantui ketakutan tidak dapat menjadi sehat. Harus apa lagi?
Inilah yang kerap dilupakan masyarakat modern. Terobsesi dengan gaya hidup sehat namun abai dengan satu sosok luar biasa yang kesehatannya begitu menakjubkan.
Dialah Rasulullah saw. Dalam sejarah hidupnya selama 63 tahun, beliau hanya pernah dua kali jatuh sakit. Kitab Hayatu Muhammad mengisahkan Nabi Muhammad dua kali sakit yaitu setelah berziarah ke makam pahlawan di Baqi’ dan demam beberapa hari sebelum beliau meninggal dunia.
Bagaimana rasul bisa begitu sehat? Mari kita simak rahasia beliau.
Pertama, bangun di waktu subuh. Dijelaskan dalam surah Takwir ayat 18, “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.” Waktu subuh adalah setelah menyingsingnya fajar dan sebelum terbitnya matahari. Subuh tidak sama dengan pagi.
Udara di waktu subuh sangat segar dan sangat dibutuhkan bagi pernapasan manusia. Menghirup udara subuh sangat baik bagi paru-paru. Dan dengan pernapasan yang lega dan lancar, kebutuhan oksigen tercukupi hingga pikiran kita menjadi jernih dan semangat pun terpompa.
Kedua, makan secukupnya. Rasul senantiasa mengingatkan keluarga, para sahabat, dan kaum Muslimin bahwa manusia memerlukan makan untuk hidup tapi manusia bukan hidup untuk makan. Makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang adalah kebiasaan Rasul yang terbukti menyehatkan secara medis. Sayangnya kita kerap berlebihan menyantap hidangan lezat hingga tak heran banyak penyakit hinggap akibat pola makan tidak seimbang.
Ketiga, banyak berjalan kaki. Ahli kesehatan mengatakan bahwa jalan kaki membuat pernapasan lebih teratur, paru-paru menjadi kuat, darah menjadi bersih, serta otot-otot tidak kaku. Banyak berjalan kaki juga bisa disamakan dengan rutin melakukan exercise yang bermanfaat untuk menjaga kebugaran fisik.
Keempat, menjaga kebersihan. Jelaslah perkataan beliau bahwa “kebersihan adalah sebagian dari iman” yang menegaskan bahwa hidup bersih baik diri maupun lingkungan adalah satu bukti keimanan seorang Muslim.
Termasuk menjaga kebersihan diri dari hadas kecil dan hadas besar serta najis. Menggunting kuku setiap Kamis atau Jumat serta memelihara kebersihan mulut dan gigi dengan bersiwak. Juga memelihara diri dari menyantap makanan yang tidak diperkenankan dalam syariat Islam.
Kelima, berbekam. Sebuah hadis riwayat Imam Bukhari menyatakan bahwa Rasulullah bersabda tentang dua cara menyembuhkan diri yaitu minum madu dan berbekam (hijamah).
Keenam, memelihara silaturahim. Mengapa silaturahim dapat menyehatkan? Kita memahami bahwa kondisi mental sangat memengaruhi kesehatan fisik. Maka ketika kita bersilaturahim, yang terjadi adalah bersosialisasi, saling menyemangati, dan saling menguatkan. Kita merasa tidak sendirian dan dapat lebih memotivasi diri dengan positive vibes. Dengan begitu, insya Allah tubuh pun menjadi lebih kuat menangkis penyakit.
Ketujuh, menjauhi marah. Ketika seorang pemuda meminta nasihat Rasulullah lalu beliau mengatakan “jangan marah” sebanyak tiga kali. Dengan menjadi lebih sabar, hati dan tubuh menjadi lebih tenang. Kemarahan tidak hanya memicu stres tapi juga mendatangkan banyak penyakit karena fisik rentan dan lemah. Menjauhi marah berarti menjauhi sumber penyakit.
Setelah diingatkan tentang 7 (tujuh) kebiasaan Rasulullah tadi, marilah segera kita mencontohnya. Beliau adalah panutan kita tak hanya dalam urusan akhlak karimah tapi juga gaya hidup sehat yang komprehensif.
Hebatnya, berabad-abad silam, Rasul sudah mempraktikkan wellness yang kini digandrungi manusia modern zaman now. Yuk, jangan tunda untuk menjadi sehat!
(dari berbagai sumber)
KOMENTAR ANDA