Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

DATA per 2 Juli 2020 menunjukkan jumlah positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 59.394 kasus. Pertambahan 1000 lebih kasus per hari mengingatkan kita pada tulisan James Massola bertajuk The World’s Next Coronavirus Hotspot is Emerging Next Door yang dimuat Sydney Morning Herald (19/06/20). Tulisan yang sudah dilansir banyak media online Tanah Air itu memprediksi Indonesia bakal menjadi hotspot baru Covid-19.

Pertambahan jumlah kasus tersebut terjadi setelah diberlakukannya pelonggaran PSBB, ditandai dengan dimulainya aktivitas ekonomi, termasuk dibukanya mal, tempat rekreasi, dan restoran untuk publik.

Ternyata hidup berdampingan dengan Covid-19 tidak semudah yang dibayangkan. Menjalankan berbagai protokol kesehatan di ruang publik tidak semulus yang kita pikirkan.
Antrean di stasiun commuter line, busway, hingga di depan gerbang Gelora Bung Karno menjadi bukti bahwa new normal masih jauh dari kata ideal. Jaga jarak menjadi sesuatu yang sulit dilakukan.

Salah satu yang harus dipersiapkan matang-matang untuk bertahan hidup dalam new normal adalah urusan finansial. Setelah kita melihat bagaimana kondisi keuangan kita selama pandemi, ini saatnya mengatur langkah untuk tidak hanya survive selama new normal tapi juga terbebas dari financial stress.

#Review setiap transaksi
Pandu W. Soeprapto, seorang analis keuangan, mengatakan bahwa tujuan mereview adalah untuk melihat track keuangan kita setiap bulan. Jujurlah pada diri sendiri, mana yang sudah berjalan on the track dan mana yang kebablasan. Hitung baik-baik agar tahu pos mana saja yang masih bisa dipangkas dan pos mana yang harus mendapat tambahan alokasi dana.

Bisa saja kita merasa ‘menang’ karena new normal mengurangi budget traveling dan transportasi. Tapi ternyata sisa uangnya tidak terlihat karena ada kebutuhan sarana kesehatan seperti masker, semprotan disinfektan, hand sanitizer, dan stok makanan yang besarannya sama atau bahkan melebihi budget traveling dan transportasi.

Contoh lainnya adalah pemanfaatan m-banking yang makin intens. Mungkin charge transaksi antarbank tidak terasa jika hanya dipakai 1-2 kali. Tapi jika kita melakukan belasan atau puluhan kali, tentu menjadi satu biaya tambahan yang harus diperhitungkan.

Dengan melihat cash flow setiap bulan, kita dituntut untuk bijak menyadari mana yang benar-benar kebutuhan primer dan mana yang merupakan keinginan.

Ingat selalu bahwa uang bukanlah tujuan hidup melainkan alat untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidup. Karena itu jangan pernah berpikir untuk menghabiskan uang, tapi bagaimana memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sekaligus menjaga kelayakan hidup kita hingga hari tua.

#Miliki dana darurat
Founder Halalvestor, Putri Madarina, dalam sesi berbagi “New Normal, New Financial Habit” pada Creative Stream Fest. Vol 2 menekankan pentingnya memiliki dana darurat. Kita bisa melihat orang-orang ‘berteriak’ saat pandemi padahal selama ini kita melihat mereka memiliki kehidupan yang berkecukupan. Ternyata penyebabnya adalah minimnya atau bahkan tidak adanya dana darurat dalam rekening mereka.

Jumlah dana darurat yang ideal memang terbilang cukup besar. Contohnya, keluarga yang sudah memiliki anak harus menyimpan dana darurat sebesar 12x pengeluaran bulanan. Namun jika dana tersebut sudah mulai dikumpulkan sejak awal menikah, tentu tidak akan menjadi beban. Jumlah yang terbilang besar itu akan membuat kita merasa tenang manakala ada bencana atau kejadian luar biasa yang membuat kita harus mengeluarkan uang lebih dari biasanya.

Tidak ada kata terlambat. Pandemi ini harus membawa hikmah secara finansial. Tidak hanya membuat kita belajar cara berhemat, tapi juga mulai disiplin menabung dana darurat. Walaupun sedikit demi sedikit, jauh lebih baik daripada kita tidak punya sama sekali.
 
Korbankanlah kebutuhan hiburan yang memang tidak bijak dilakukan saat new normal, lalu alokasikan dananya dalam rekening khusus agar tidak tercampur dengan dana bulanan. Disiplinkan diri, jangan tergoda untuk memakai emergency fund.

Dengan financial mindset yang sudah berubah selama pandemi, kita seharusnya sudah memiliki alur finansial yang ‘pakem’ untuk new normal. Sekalipun pemasukan jauh lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi, kita sudah belajar beradaptasi selama tiga bulan terakhir ini. Pengetatan biaya hidup sebaiknya kita tetap jalankan meski PSBB mulai dilonggarkan.

Jika kita memiliki dana berlebih, jangan takut untuk berinvestasi. Market crash (anjloknya harga saham) yang terjadi akibat pandemi di satu sisi menjadi satu keuntungan untuk memulai investasi. Ibarat kita membeli barang dengan harga diskon.

Bagaimana pun, dapat dipastikan bahwa seiring membaiknya kehidupan masyarakat pascapandemi, saham akan bergerak naik. Jadi tak perlu risau untuk mulai berinvestasi.
Saat ini, ada banyak pilihan saham syariah dan lembaga konsultasi finansial yang dapat membantu kita merencanakan investasi dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.

Saatnya menjadi pribadi baru yang lebih disiplin mengetatkan ‘ikat pinggang’. Jika kita masih belum bisa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam urusan finansial, maka jangan harap kita mampu bertahan di era new normal dan seterusnya. Ingat selalu janji uang untuk kita: if you save me today, i will save you tomorrow.
 

 

 

 

 




Kembali Beraktivitas Pascalibur Lebaran, Simak Tips Bekerja Efektif dan Lebih Fresh ala POCO

Sebelumnya

Viral Kabar Anak Kecil Dipaksa Orang Tuanya Nonton Film Siksa Kubur di Bioskop, Ini Masukan dari Praktisi Pendidikan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family