KOMENTAR

ADA duka yang berkabut di hati lelaki itu. Karena pada Ramadan edisi tahun inilah dirinya gagal total melaksanakan iktikaf. Pada tahun-tahun terdahulu, dirinya tidak pernah absen, iktikafnya sempurna dari awal sampai akhir Ramadan.

Beberapa tahun belakangan, dia malah berhasil mengajak putra-putrinya. Rencananya, tahun ini istri dan si bungsu nan mungil juga akan diajak serta. Sehingga mereka sekeluarga lengkap semuanya.

Tetapi apalah daya, wabah Corona meluluh-lantakkan segala rencana. Manusia merancang, Tuhan yang memutuskan. Dari lantai dua rumahnya, lelaki itu memandang sendu masjid yang amat dirindukannya.

Sesungguhnya lelaki itu termotivasi dengan kisah indah Rasulullah bersama istri-istrinya dalam upaya mereka meraih kemenangan Ramadan. Kisah manis itu terangkum dalam sebuah hadis, bersumber dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw. selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil oleh Allah Ta’ala. Sepeninggal beliau, istri-istrinya meneruskan kebiasaan tersebut. (Hadis Riwayat Muttafaq alaih)

Terbayang-bayang di benak lelaki itu, alangkah menakjubkan bisa sekeluarga iktikaf. Si bungsu bukan bayi lagi, dengan demikian istri dan sekalian seluruh anak dapat diajak ke masjid.

Bahkan lelaki itu berharap, ibadah iktikaf tertanam di sanubari keluarganya dan terus berlanjut di masa-masa mendatang. Tetapi, tidak ada yang dapat mencegah datangnya musibah, apalagi yang misterius seperti Covid-19.

Tak lama berselang, cahaya kembali memancar dari dari wajahnya, ternyata gagalnya iktikaf bukanlah penghalang bagi dirinya dan keluarganya meraih kemenangan Ramadan.

Harapan itu kembali bersinar tatkala dirinya membaca sebuah hadis lainnya, dari
Aisyah, dia berkata, “Jika masuk sepuluh hari yang terakhir (dari bulan Ramadan), Rasulullah Saw. menghidupkan malam (untuk beribadah), membangunkan keluarganya, dan mengencangkan kainnya.” (Hadis Riwayat Muttafaq alaih)

Berikut ini di antara beberapa agenda yang dapat diamalkan dalam rangka meraih kemenangan Ramadan, yaitu:
1.Shalat Tarawih. Saking istimewanya shalat ini, keberadaannya hanyalah di bulan suci Ramadan. Maka, jangan pernah menyia-nyiakannya! Apabila Ramadan telah berlalu, habis pula kesempatan melaksanakannya. Memang ada semangat yang lebih bergelora tatkala bersama-sama melaksanakan Tarawih di masjid atau mushala. Namun, pada Ramadhan kali ini keluarga akan merasakan nuansa yang lebih syahdu dengan berjamaah di rumah.

2.Shalat Tahajud. Sejatinya shalat ini bisa dilakukan di luar Ramadan, waktu terbaik melaksanakannya di sepertiga terakhir malam. Tetapi, akan lebih istimewa jika kita lebih giat Tahajud dalam nuansa Ramadan. Setelah menunaikan Tahajud dapat dipanjatkan rangkaian doa, bermunajat dan menghaturkan segenap pinta kepada Tuhan.

3.Tilawah Al-Qur’an. Kita mengenal tradisi tadarus di masjid atau mushala, dimana kaum muslimin membaca Al-Qur’an secara bersama-sama. Namun dengan sendiri pun Tilawah Al-Qur’an tetap bisa dilakukan, bahkan sampai sukses mencapai khatam Al-Qur’an. Sekilas terasa berat membaca Al-Qur’an sampai tamat mengingat ketebalannya yang lumayan mengagumkan. Tetapi, apabila kita konsisten membacanya dua lembar di setiap selesai shalat fardhu lima waktu, insyallah dalam sebulan Ramadan kita akan khatam Al-Qur’an, menamatkannya dengan gemilang. Seandainya pun tidak sampai khatam Al-Qur’an, maka ingatlah dalam satu huruf yang dibaca itu terdapat pahala yang besar.

4.Zikir. Dalam situasi berat macam sekarang ini, kita sekeluarga membutuhkan ketenangan hati. Maka, perbanyaklah zikir karena zikir termasuk obat hati. Zikir menjadikan hati tenang dan pikiran jernih, sehingga tegar menghadapi ujian kehidupan. Agar lebih banyak pahalanya, perbanyak pula istighfar dan kalimah-kalimah Thayyibah lainnya. Pada bulan suci ini pula kita mengurangi polusi suara dari musik-musik yang kurang bermanfaat, dengan lebih sering menyetel zikir, shalawat, asmaul husna, dan sebagainya.      

5.Zakat Fitrah. Lagi-lagi amalan ini juga hanya spesial ketika Ramadan saja. Sebaiknya bergegaslah menunaikan Zakat Fitrah supaya tidak terlupa. Akan lebih sempurna apabila keluarga juga menggiatkan sedekah. Keterbatasan gerak keluar rumah bukanlah hambatan karena sekarang sudah ada aplikasi sedekah atau zakat secara daring.

Sejatinya, sejak awal Ramadan amalan-amalan tersebut sudah mulai dilaksanakan. Tetapi, pada fase sepertiga akhir Ramadan, atau di sepuluh hari terakhir ini hendaknya kualitas ibadah-ibadah itu ditingkatkan. Di mana seluruh anggota keluarga bersatu-padu dan saling mendukung agar agenda meraih kemenangan Ramadan berlangsung dengan gemilang.
 
Pada hadis sebelumnya, secara terang benderang disebutkan betapa heroiknya Rasulullah menyemangati keluarganya. Beliau yang langsung turun tangan membangunkan keluarga ketika mereka masih asyik terlelap. Beliau yang memberikan teladan dan sekaligus memberikan tuntunan.

Ucapan suami atau ayah tidak akan mengena bagi istri atau anaknya jika tidak ada keteladanan. Rasulullah juga sangat sibuk. Beliau manusia biasa yang juga bisa kelelahan. Tetapi, semangat menghidupkan malam-malam Ramadan dapat menyingkirkan segala malas, penat dan penghambat lainnya.

Nah, patut diteladani oleh kita semua bagaimana hebatnya Rasulullah mengobarkan semangat beribadah keluarganya. Bahkan ketika beliau telah tiada, api semangat itu masih terus berkobar di sanubari anggota keluarganya. Tentunya tulisan ini tidak akan mampu menerangkan karena begitu banyak ibadah yang dapat dilakukan selama Ramadan.

Selagi masih berada dalam momentum Ramadan, maka laksanakanlah berbagai jenis ibadah (tidak terbatas seperti contoh di atas saja).

Tetapi, waspadalah! Ramadan edisi tahun ini bisa berlalu begitu saja tanpa pesan atau pun kesan apabila sebuah keluarga tidak mampu mengobarkan semangat meraih kemenangan di bulan suci ini.

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur