Warga Wuhan saat berbelanja makanan/Reuters
Warga Wuhan saat berbelanja makanan/Reuters
KOMENTAR

KOTA Wuhan di China saat ini perlahan mulai bangkit pasca wabah virus corona. Status penguncian atau lockdown pun diangkat secara bertahap oleh pemerintah China sejak akhir bulan lalu.

Meski demikian, warga setempat masih sangat waspada akan potensi penularan virus bernama resmi Covid-19 itu.

Karena itulah, pasca masa lockdown dicabut perlahan, warga di Wuhan perlahan mulai melakukan aktivitas seperti biasa, termasuk berbelanja makanan.

Banyak warga mulai kehabisan pasokan bahan makanan di rumah. Namun mereka khawatir jika harus bepergian ke luar rumah, apalagi ke tempat umum seperti pasar tradisional atau swalayan.

Mereka juga masih menerapkan sejumlah langkah pencegahan, termasuk physical distancing, atau menjaga jarak, serta menghindari tempat keramaian.

Karena itulah, banyak warga di Wuhan yang membeli kebutuhan pokok atau makanan segar seperti daging, buah dan sayur dengan cara memesan online ke pasar, toko atau swalayan terdekat.

Caranya, mereka memesan kebutuhan pokok melalui ponsel mereka. Kemudian, kurir akan mengantarkan pesanan mereka secepat mungkin.

Ketika kurir datang mengantarkan pesanan, mereka tidak bertemu langsung dengan pembeli, melainkan dibatasi dengan dengan penghalang, yakni sebuah dinding plastik yang dipasang di depan rumah atau mengelilingi rumah.

Dinding plastik setinggi dua meter ini dipasang di hampir seluruh wilayah di kota Wuhan oleh otoritas setempat untuk menjaga jarak sosial dan mengisolasi masyarakat sejak wabah virus corona mengganas.

Pasca infeksi virus corona merosot dan masa lockwon mulai dicabut, dinding itu masih tetap dipertahankan warga sebagai bentuk antisipasi.

Sehingga, pengiriman bahan pokok atau makanan segar tersebut dilakukan dengan penghalang dinding plastik.

Ketika kurir datang mengantar, pembeli biasanya akan mengambil kursi dari dalam rumah untuk bisa beridiri lebih tinggi sehingga bisa mengambil pesanannya dari kurir. Atau mereka mengambil pesanan di lubang yang dibuat di sela-sela dinding.

Baik pembeli maupun kurir sama-sama mengenakan masker dan sarung tangan plastik.

Setelah barang pesanan datang, keduanya akan berbicara di balik dinding plastik mengenai harga dan pembayaran pun dilakukan secara online. Hal ini meminimalisir penggunaan uang kertas yang berisiko menjadi media penularan virus.

"Lebih aman bagi kita untuk menjual di balik barikade ini," kata salah seorang pemilik kios yang memberikan jasa layanan semacam itu, seperti dimuat Reuters.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News