Imbauan pemerintah untuk cegah penularan virus corona di Zimbabwe/Net
Imbauan pemerintah untuk cegah penularan virus corona di Zimbabwe/Net
KOMENTAR

MINGGU pagi itu tidak seperti Minggu pagi biasanya. Seorang pria 33 tahun bernama Stewart Dzivira, istrinya dan putra mereka yang berusia dua tahun, naik bus di Glen View, pinggiran kota Harare di Zimbabwe yang padat penduduk. Dengan sisa uang yang mereka miliki, mereka menumpang bus dengan tujuan ibukota.

Tujuannya adalah untuk mencari bantuan makanan.

Hal ini dilakukan Dzivira setelah dia tidak berhasil mendapatkan jagung atau mealie, makanan pokok Zimbabwe, karena kurangnya pasokan menyusul kekeringan dahsyat dua tahun lalu.

Terlebih, saat ini Zimbabwe menerapkan kuncian nasional alias lockdown unntuk mengerem penularan virus corona.

"Kami sangat membutuhkan jagung sekarang karena ada kuncian," kata Dzivira kepada Al Jazeera (Senin, 30/3), sambil menggendong putranya, duduk di trotoar beton di luar gedung pabrik di pusat Harare.

Dia tidak sendirian. Ratusan orang lain antri di sampingnya pada malam dimulainya lockdown selama tiga minggu yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menahan penyebaran virus corona.

"Semua warga negara diharuskan untuk tinggal di rumah, kecuali mereka yang mencari layanan kesehatan, membeli makanan, obat-obatan, dan persediaan vital, dan mereka yang mengelola layanan penting kami," kata Presiden Emmerson Mnangagwa pada hari Jumat pekan lalu, saat mengumumkan lockdown.

"Saya tahu bahwa langkah-langkah ini mungkin tampak drastis, dan akan mengganggu semua kehidupan kita sehari-hari, tetapi tidak ada cara lain," tambah Mnangagwa.

Di Zimbabwe sendiri, virus corona telah menginfeksi tujuh orang dan menyebabkan satu orang lainnya meningga dunia.

Ancaman virus corona sendiri di Zimbabwe datang pada waktu yang buruk. Karena negara itu juga tengah berjuang dengan krisis ekonomi yang semakin mendalam yang menyebabkan harga pangan melonjak, gaji mandek, kekurangan air, dan pemadaman listrik harian.

Sementara itu, inflasi tahunan Zimbabwe melonjak hingga lebih dari 500 persen pada Februari. Tingkat pengangguran mencapai lebih dari 90 persen, obat-obatan langka, dan kas negara yang semakin menipis. Hal ini berarti bahwa pemerintah tidak dapat membeli pasokan yang cukup untuk fasilitas medis milik pemerintah yang sudah melemah.

Pada Desember tahun lalu, Program Pangan Dunia memperingatkan bahwa Zimbabwe menghadapi krisis kelaparan terburuk dalam 10 tahun terakhir dengan separuh penduduknya, yakni 7,7 juta orang, rawan pangan.

"Kami tahu ada virus corona di negara ini, tetapi kami akan mati kelaparan lebih dulu jika kami tidak mendapatkan makan siang," kata Dzivira.

Dzivira adalah salah satu dari jutaan pengangguran Zimbabwe yang bergantung pada pekerjaan informal untuk bisa mencari makanan.

Di bawah lockdown, dia ragu dia akan bisa keluar dan menemukan pekerjaan kasar yang merupakan sumber penghasilannya.

"Saya tidak tahu bagaimana saya akan bertahan selama periode lockdown," kata Dzivira.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News