DALAM dinamika kehidupan rumah tangga, wajar jika orang tua mengalami stres, konflik, atau beban emosional. Namun, satu hal penting yang perlu diingat adalah: anak bukan tempat curhat untuk urusan orang tua. Meskipun terlihat dewasa atau bisa dipercaya, anak tetaplah anak—belum siap menanggung beban psikologis orang dewasa.
Sering kali, orang tua curhat tentang masalah rumah tangga—misalnya pertengkaran dengan pasangan, kesulitan ekonomi, atau masalah keluarga besar—kepada anak dengan alasan "tidak ada tempat lain untuk bercerita." Tanpa disadari, hal ini bisa membuat anak merasa harus menjadi penengah, memihak, atau bahkan merasa bertanggung jawab atas kondisi keluarga. Inilah yang disebut dengan fenomena "parentification"—anak mengambil peran orang dewasa terlalu dini.
Anak yang terlalu sering dibebani curhat orang tua cenderung tumbuh dengan kecemasan berlebih, kesulitan membangun hubungan sehat, dan kehilangan masa kecil yang seharusnya diisi dengan keceriaan dan rasa aman. Mereka bisa menjadi pribadi yang "tua sebelum waktunya", kehilangan spontanitas, dan merasa tidak punya ruang untuk jadi diri sendiri.
Sebagai orang tua, penting untuk menjaga batas sehat antara hubungan emosional dengan anak. Berbagi perasaan itu boleh, tapi pastikan sesuai usia dan porsi yang tepat. Jika sedang menghadapi tekanan berat, lebih baik mencari bantuan profesional atau orang dewasa lain yang mampu memberi dukungan emosional.
Biarkan anak tumbuh tanpa beban yang bukan miliknya. Anak butuh rumah yang aman secara emosional, bukan tempat pelimpahan luka orang tua. Karena masa kecil yang sehat adalah pondasi utama tumbuh kembang anak di masa depan.
KOMENTAR ANDA