MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menegaskan pentingnya perencanaan layanan ibadah haji yang responsif terhadap kebutuhan jemaah perempuan.
Dalam kunjungannya ke Tanah Suci sebagai bagian dari rombongan Amirul Hajj yang dipimpin Menteri Agama Nasaruddin Umar, Arifah menyampaikan dukungannya terhadap penguatan pelayanan berbasis gender.
Tahun ini, jumlah jemaah haji perempuan tercatat lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Karena itulah Arifah menyoroti pentingnya penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai.
“Perempuan membutuhkan waktu lebih lama di toilet. Maka, jumlah fasilitas sanitasi harus diperbanyak agar mereka merasa nyaman dan terjaga kesehatannya selama menjalankan ibadah,” ujarnya.
Isu lain yang diangkat adalah keterbatasan jumlah pembimbing ibadah perempuan. Arifah menilai, bimbingan fikih yang sensitif terhadap kesehatan reproduksi menjadi hal krusial. “Kami ingin memastikan ada pendamping ibadah perempuan yang memahami persoalan-persoalan khusus, seperti haid, agar jemaah tidak bingung dan tetap bisa beribadah dengan tenang,” tambahnya.
Menteri PPPA menekankan bahwa partisipasinya dalam Tim Amirul Hajj adalah bagian dari upaya strategis untuk mendorong kebijakan layanan haji yang inklusif. Kementerian PPPA akan menghimpun data, testimoni, serta pengalaman lapangan sebagai dasar rekomendasi kebijakan lintas kementerian.
Langkah ini merupakan bentuk nyata dari pengarusutamaan gender dalam penyelenggaraan haji. Melalui kolaborasi antar-lembaga, diharapkan terbentuk sistem pelayanan yang tidak hanya adil, tetapi juga memuliakan perempuan Indonesia dalam menjalankan ibadah suci mereka.
KOMENTAR ANDA