Rafah/TheGuardian
Rafah/TheGuardian
KOMENTAR

MEDIASI memang terus berjalan antara Hamas dan Israel di bawah pengawasan Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Namun dalam kenyataannya, Israel terus mengancam akan melancarkan operasi militer di Rafah.

Saat ini Rafah menjadi rumah bagi lebih dari 1,5 pengungsi Gaza. Mereka mengungsi dari rumah-rumah mereka, dan mencari tempat teraman terutama bagi anak-anak mereka.

Ancaman Israel itu tentulah membuat khawatir para pengungsi dan warga setempat. Jika ancaman itu benar-benar direalisasikan, tentulah akan semakin banyak korban rakyat sipil yang jatuh. Dan lebih berbahaya lagi, mereka tidak punya tempat lagi untuk mengungsi.

Sejumlah warga Paletina pun menyatakan kekhawatiran karena menjadi dampak dari perang.

“Sangat sulit untuk mengungsi ke arah laut. Situasi ini tidak bisa ditoleransi oleh siapa pun, apalagi ada banyak pasien di Rafah,” ujar Maher Dawoud.

“Saya berharap ada solusi dari negosiasi, kami adalah masyarakat yang mencintai kehidupan, saya berharap perang dan kematian akan berhenti,” katanya lagi.

Diketahui bahwa sebelum sampai di Rafah, banyak pengungsi menetap di Khan Younis, Gaza Selatan. Namun pada menjelang akhir Januari 2024, kota itu pun dibombardir oleh pasukan Israel.

“Kami sudah tidak punya suara karena kami dimanipulasi dan tidak ada belas kasihan untuk kami,” kata warga lain, Naser Abu Harb.

“Jika Israel masuk ke Rafah, akan ada banyak korban. Kami berharap ada solusi, bagaimanapun juga saya akan tinggal di sini karena tidak ada tempat lain untuk saya. Jika Israel menyerang Rafah, maka saya akan meninggal di sini,” katanya lagi.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyebutkan hingga 17 Maret 2024, serangan Israel telah menelan lebih dari 31.000 korban jiwa dan lebih dari 73.000 warga luka-luka, demikian dilaporkan Xinhua.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak akan membiarkan warga sipil terjebak di Rafah ketika pasukannya memulai serangan ke kota di Gaza selatan itu.

“Tujuan kami adalah melenyapkan batalyon Hamas yang tersisa di Rafah bersamaan dengan penduduk sipil meninggalkan Rafah. Serangan ini bukanlah sesuatu yang akan kami lakukan ketika rakyat sipil ‘terkunci’ di Rafah. Faktanya, kami akan melakukan yang sebaliknya, kami akan membiarkan mereka pergi,” kata Netanyahu dalam pernyataan pers di Yerusalem bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz.

“Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap Israel. Dan untuk itu, kami akan beroperasi di Rafah,” tegas Netanyahu, dilansir dari Al Jazeera (17/3).




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon