Ilustrasi roda kehidupan/AcehTrend
Ilustrasi roda kehidupan/AcehTrend
KOMENTAR

PEREMPUAN paruh baya itu seperti pasrah menerima nasibnya yang akan berada di titik nadir sepanjang hayat. Dulu, keputusannya berhenti bekerja karena harapan indang tentang bisnis baru yang menghasilkan banyak uang. Tapi apa daya, satu kemalangan membuat hidupnya dan keluarga terjun ke titik nadir.

Tidak hanya berjuang untuk keperluan perut anak-anak, perempuan itu juga harus menghadapi kondisi suami tercinta yang lumpuh total. Meski sudah berjuang bertahun-tahun lamanya, ia justru kian terpuruk. Karenanya, perempuan itu memilih pasrah pada kehendak Ilahi Rabbi.

Dalam hati ia bertanya, apakah manusia ditakdirkan untuk selalu miskin dan yang kaya semakin kaya?

Surat Ali Imran ayat 140 menjawab pertanyaan tersebut:

“Masa (kejayaan dan kehancuran) ini kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran”.

Kemudian oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dijelaskan lewat buku Dzikir Cahaya Kehidupan (2023: 13), bahwa memutar hari di antara manusia artinya menjadikan segala urusan dan perkara yang beredar di antara manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Terkadang, hari ini kemenangan untuk mereka dan hari esok kemenangan bagi yang lain.

Pemahaman tentang memutar hari mengajarkan kita untuk tidak terlalu terpaku pada keadaan saat ini. Kemenangan dan kekalahan adalah bagian alamiah dari perjalanan hidup. Apabila kita sedang masanya berjaya janganlah sombong dan ketika jatuh terpuruk jangan putus asa dari rahmat Allah.

Khalid Abu Syadi dalam bukunya Kita Pasti Menang (2022: 34) mengungkapkan, janganlah kalian merasa sesak dada dengan buruknya keadaan dan gelapnya masa depan, karena mustahil suatu keadaan berlangsung sama sepanjang zaman. Hari-hari itu pasti silih berganti dan zaman senantiasa berputar. Malam-malam akan berlalu, sedangkan kegaiban tersembunyi.

Allah menjadikan kaya orang yang miskin, menautkan kembali orang yang patah, memberikan kebaikan kepada suatu kaum, dan menjaga kebaikan bagi kaum yang lain, menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan merendahkan. Allah tidak disibukkan dengan suatu urusan sehingga lupa terhadap urusan yang lain.

Salah satu pesan yang bisa diambil dari ayat tersebut adalah tentang sikap bijak dalam menghadapi perubahan, karena Allah tidak hanya menciptakan dunia dan meninggalkannya begitu saja. Allah senantiasa terlibat dalam mengatur segala aspek kehidupan, termasuk memberikan kekayaan kepada yang miskin, meninggikan orang yang hina, serta mengangkat derajat mereka yang terpuruk.

Jadi, manusia diminta bijaksana menghadapi perubahan. Daripada merasa putus asa atau takut dengan masa depan yang gelap, kita harus mengambil pelajaran bahwa setiap tantangan membawa peluang untuk meningkatkan kualitas diri.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (2013: 320) menguraikan, Ar-Razi dalam tafsirnya menuturkan, maknanya adalah, bahwa masa-masa dunia adalah berputar silih berganti di antara manusia. Kondisi senang dan susah selalu berputar silih berganti, kejayaan dan keterpurukan juga ikut berputar.

Hari ini, kebahagiaan dan kejayaan berada di tangan sebagian orang, sementara kesedihan dan keterpurukan dialami yang lainnya. Pada suatu hari nanti, keadaan tersebut berganti menjadi sebaliknya. Tiada suatu apa pun dari keadaan dan hal ihwal dunia yang konstan, statis dan tetap.

Kekayaan bisa hilang, kekuasaan bisa beralih tangan, dan keadaan bisa berubah dalam sekejap mata. Oleh sebab itu, kebijaksanaan sejati adalah memahami sifat dinamis dunia ini dan bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.

Kita diajarkan untuk tidak terpaku pada keadaan saat ini. Kegembiraan dan kesedihan, keberhasilan dan kegagalan, semuanya adalah bagian dari siklus yang tidak terelakkan. Sebagai gantinya, kita diingatkan untuk menjaga keseimbangan, bersikap bijaksana dalam menghadapi segala perubahan, dan selalu mempersiapkan diri untuk yang tidak terduga.

Dengan demikian, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari perputaran dunia yang terus berlangsung dan menjalani kehidupan dengan sikap yang bijaksana serta berdaya tahan.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur