Hati-hati terjebak ilusi ketertarikan yang bersifat sementara/Freepik
Hati-hati terjebak ilusi ketertarikan yang bersifat sementara/Freepik
KOMENTAR

PERNAHKAH kita merasa tertarik kepada seseorang hanya karena belum dimiliki? Apakah daya tarik itu muncul karena ketidakpastian atau ketidakmungkinan untuk memilikinya? Fenomena ini bukanlah hal baru, bahkan dalam sirah nabawiyah, terdapat kisah menarik yang menggambarkan kehati-hatian Rasulullah saw. terhadap daya tarik yang dapat muncul ketika sesuatu belum dimiliki.

Yusuf Al-Qaradhawi pada bukunya Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 (1995: 445) menceritakan:

Imam Nasa’i meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa seorang wanita dari Khats'am meminta fatwa kepada Rasulullah saw. pada waktu Haji Wada' dan Al-Fadhl bin Abbas pada waktu itu membonceng Rasulullah saw.

Kemudian Al-Fadhl melirik wanita itu, dan ternyata dia seorang wanita yang cantik. Rasulullah saw. lantas memalingkan wajah Al-Fadhl ke arah lain.

Imam Tirmidzi meriwayatkan cerita ini dari hadis Ali r.a. yang di situ disebutkan, dan Nabi saw. memalingkan wajah Al-Fadhl. Lalu Abbas bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau putar leher anak pamanmu?”

Beliau menjawab, “Aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, dan aku tidak merasa aman terhadap gangguan setan kepada mereka.

Begitulah yang lazim dirasakan, betapa menarik terlihat oleh mata sesuatu yang belum dimiliki, tetapi begitu sudah kita miliki, kita justru beranggapan kok rasanya begitu-begitu saja.

Maka berhati-hatilah dengan tipu daya setan, yang membuat manis sesuatu yang bukan milik kita. Bahkan ketika sudah dimiliki, lama-lama kok menjadi bosan. Kemana raibnya daya tarik yang dulu sangat bergelora?

Nabi Muhammad menunjukkan sikap bijaksana terkait daya tarik yang muncul saat sesuatu belum dimiliki. Ketika seorang wanita cantik meminta fatwa kepada Rasulullah pada waktu Haji Wada’, Al-Fadhl bin Abbas, yang saat itu membonceng di tunggangan Nabi melirik wanita tersebut.

Namun, Rasulullah dengan bijak memalingkan wajah Al-Fadhl dan menjelaskan bahwa dia tidak merasa aman terhadap gangguan setan terhadap mereka. Ini menggambarkan kebijaksanaan Nabi dalam memahami, bahwa keindahan yang terlihat belum tentu membawa keberkahan. Jadi, ya lebih baik menjaga pandangan!

Fenomena ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sesuatu atau seseorang belum dimiliki, terkadang terasa lebih menarik dan memikat. Namun, ironisnya, ketika telah dimiliki, keistimewaan seringkali pudar dan membuatnya terasa biasa saja. Mengapa hal ini terjadi?

Manusia cenderung tergoda oleh hal-hal yang sulit dijangkau atau belum dimiliki. Keinginan untuk memperoleh sesuatu yang berbeda dapat memicu terbitnya daya tarik yang tinggi.

Namun, setelah sesuatu itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, ekslusivitasnya malah hilang. Sesuatu yang dulu begitu memukau terasa hambar, lalu perhatiannya pun beralih ke hal-hal baru lain yang lebih menantang.

Nabi Muhammad menghubungkan kejadian macam ini dengan tipu daya setan. Karena setan selalu mencoba menggoda manusia untuk mengejar sesuatu yang terlarang atau yang bukan hak dirinya. Ketika manusia terjebak dalam rayuan setan, maka manusia bisa gelap mata hingga melakukan perbuatan di luar nalar.

Sebagai manusia, kita perlu menyadari bahwa daya tarik terhadap sesuatu atau seseorang yang muncul karena belum dimiliki dapat menjadi perangkap. Sikap bijaksana seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah dalam hadis tersebut dapat menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Karena manusia lekas tertarik dengan sesuatu atau seseorang yang bukan miliknya, dari itu segeralah memalingkan pandangan. Sebab dalam bingkai daya tarik itulah setan mempermainkan pandangan mata dan memperkeruh suasana hati.

Jangan terjebak dalam ilusi ketertarikan yang hanya bersifat sementara. Sebaliknya, carilah keindahan yang bersifat abadi, yang tidak akan pudar seiring berjalannya waktu. Jangan mudah terlena dengan sesuatu yang terlihat menarik, karena yang menarik belum tentu terbaik buat diri kita.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur