Ajarkan dan ingatkan anak untuk mengenakan masker, karena polusi udara di ibu kota masih tinggi/Net
Ajarkan dan ingatkan anak untuk mengenakan masker, karena polusi udara di ibu kota masih tinggi/Net
KOMENTAR

DIREKTUR Eksekutif UNICEF Anthony Lake mengatakan, polusi udara adalah faktor utama dalam kematian sekitar 600 ribu anak di bawah usia lima tahun, setiap tahunnya. Dengan demikian, polusi udara mengancam nyawa dan masa depan jutaan anak setiap hari.

Laporan State of Global Air (SOGA) yang diterbitkan oleh Health Effects Institute di Amerika dan Universitas British Columbia di Kanada mengatakan, polusi udara adalah penyebab kelima paling besar yang memperpendek usia manusia.

Laporan itu memprediksi pemangkasan angka harapan hidup anak-anak di negara dengan paparan polusi udara yang masih. Jumlah korban bisa melebihi kematian yang disebabkan malaria, kecelakaan lalu lintas, kekurangan gizi, ataupun kecanduan alkohol.

Seperti halnya kondisi di Jakarta, di mana kita seharusnya tidak lagi bisa menutup mata karena secara gambling pencemaran udara sudah sangat memprihatinkan. Beberapa anak di Jakarta dan sekitarnya mengalami pilek dan batuk berkepanjangan, hingga harus mendapat perawatan di rumah sakit, diduga terkait dengan buruknya polusi udara di ibu kota.

Seorang dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Vicka Farah Diba, juga mengatakan, polusi udara yang buruk ikut memfasilitasi kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak. IDAI menyebut polusi udara sebagai ‘pembuhuh senyap’ yang risikonya mematikan dan harus ditangani dari sumbernya.

Penting bagi orang tua untuk memahani tanda bahaya saat anak mengalami beberapa gejala yang terkait dengan ISPA tersebut. Tindakan utama yang perlu diambil adalah membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan secepat mungkin.

Apa saja tanda bahaya tersebut? Berikut penuturan dr Felix G Hartono yang dikutip dari aku media sosial Instagram @pandemictalks:

  1. Saat anak mengalami sesak napas yang ditandai oleh beberapa hal, seperti bernapas cepat padahal anak sedang beristirahat.
  2. Bernapas menggunakan mulut, tidak memakai hidung layaknya orang bernapas normal.
  3. Retraksi dinding dada yang terjadi karena anak harus menggunakan seluruh otot di dadanya untuk bernapas.
  4. Bibir kebiruan.

“Jika sudah demikian, segera bawa anak ke rumah sakit. Biar nanti di rumah sakit disupport dengan oksigen dan pengobatan lainnya,” saran dr Felix.

Bagaimana jika anak mengalami demam dan batuk berdahak? Apa saja tanda bahaya yang perlu diperhatikan orang tua?

“Tergantung seberapa parah demam dan batuknya. Kalau demamnya belum terlalu tinggi, batuknya juga tidak terlalu sering dan parah, silahkan konsultasi online dulu dengan dokter,” ujar dia.

Tapi, kalau anak mengalami demam tinggi di atas 38 derajat Celsius, batuknya parah dan sering, berdahak hingga warnanya hitam, segera bawa anak ke dokter.

Jadi, perhatikan betul kondisi anak saat polusi udara di ibu kota dan sekitarnya telah menjadi pandemi. Ingat, polusi udara menyebabkan kematian terbesar pada anak, bahkan angkanya melebihi kasus malaria.




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health