Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

JELAS sekali permusuhan yang ditunjukkan kaum Yahudi ketika Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Sekalipun beliau sudah memperlihatkan kebaikan dan kemurahan hati, tetap saja mereka berkhianat dan terlibat dalam berbagai intrik yang hendak mencelakai Rasulullah. 

Sebetulnya, pihak Yahudi yang sepatutnya paling bersegera dalam menerima dakwah Islam, sebab kehadiran Nabi penutup itu sudah dikabarkan jauh-jauh hari di dalam kitab suci mereka, Taurat. Namun, mereka mengingkari kebenaran tersebut karena Nabi Muhammad bukan berasal dari kalangannya. Pihak Yahudi semakin gencar memusuhi, sebab tipu muslihat mereka sudah diberangus oleh keadilan dan kasih sayang Rasulullah.

Memang tidak semua Yahudi demikian, ada pula yang kesalehannya tetap terjaga hingga mampu melihat cahaya kebenaran Islam.

Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (2001: 530-531) menerangkan, Abdullah bin Salam nama kecilnya adalah Hushain bin Salam bin Harits, dari keturunan Nabi Yusuf bin Ya’qub as. Saat Nabi Saw baru menginjakkan kaki di Madinah, ia adalah seorang pendeta Yahudi dari Bani Qainuqa yang paling dalam pengetahuannya tentang kitab suci Taurat. 

Dia memang telah menanti-nanti kedatangan pesuruh Tuhan yang terakhir, yang sifat-sifatnya telah termaktub dalam Taurat dan Injil, serta kedatangannya telah dijanjikan dalam kitab-kitab itu. 

Setelah berhadapan muka dengan Nabi Saw, ia mencocokkan sifat-sifat beliau dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dalam Taurat dan Injil. Sesudah diketahuinya bahwa tanda-tanda itu cocok, seketika itu juga ia masuk Islam. 

Sekembali dari pertemuannya dengan Nabi, ia lalu berseru kepada keluarganya supaya mengikuti seruan Nabi Saw. Seruannya itu dengan cara diam-diam pula diterima oleh seluruh keluarganya dan akhirnya mereka semua pun menjadi pengikut seruan Nabi secara diam-diam.

Ternyata, ada proses menarik dari ke-Islaman Abdullah bin Salam sebab dirinya terlebih dahulu mencari bukti kenabian Rasulullah. Sebagai pemuka Yahudi yang punya intelektualitas tinggi, lelaki tersebut punya banyak bahan untuk menguji kebenaran seseorang yang mengaku dirinya sebagai utusan Tuhan. Dan Nabi Muhammad pun dengan lapang hati menerima ujian yang menentukan keimanan lelaki tersebut.

Abdurrahman Umairah dalam buku Tokoh-tokoh yang Diabadikan Al-Qur’an Volume 2 (2000: 38) menguraikan, di rumah Khalid, Rasulullah Saw bertemu dengan Abdullah bin Salam dan orang Yahudi Madinah lainnya. Abdullah berkata:

“Aku hendak menanyakan kepadamu tentang tiga hal yang tidak dapat diketahui kecuali oleh seorang nabi. Apakah tanda kiamat yang pertama? Apa makanan yang pertama disantap ahli surga? Bagaimanakah tentang anak yang diperebutkan antara ayah dan ibunya?”

Rasulullah Saw bersabda, “Baru saja Jibril memberi tahu kepadaku tentang itu.”

Ibnu Salam berkata, “Jibril merupakan malaikat yang menjadi musuh Yahudi.”

Rasulullah saw bersabda, “Tanda pertama peristiwa kiamat adalah munculnya api yang mengumpulkan manusia dari timur ke barat. Makanan yang pertama disantap oleh penghuni surga ialah hati ikan paus. Adapun tentang anak adalah jika ‘air’ laki-laki mendahului ‘air’ wanita, laki-laki dapat mengambil anak itu. Jika ‘air’ wanita mendahului 'air' laki-laki, wanita dapat mengambil anak itu.”

Abdullah bin Salam berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan engkau adalah utusan Allah.”

Demikian uniknya ke-Islaman seorang yang berilmu pengetahuan, dirinya punya alasan yang kokoh untuk mengakui kenabian. Dan jangan lupa mengagumi kelapangan hati Rasulullah, yang mana beliau berkenan menerima ujian terlebih dulu.

Sejatinya Abdullah bin Salam bukanlah sembarang orang. Dia adalah tokoh pemuka Yahudi yang amat disegani. Bahkan sebelum ber-Islampun dirinya sudah diakui keilmuan dan kepribadian yang unggul.

Dari itu pula, ke-Islaman Abdullah bin Salam menimbulkan gejolak di kalangan Yahudi, sehingga lelaki itu beserta keluarganya lebih memilih cara diam-diam. Pun ketika akhirnya ingin membuka kepada kaumnya tentang keimanannya, Abdullah bin Salam memilih cara yang elegan.

Abdurrahman Umairah (2000: 38) menceritakan: Abdullah melanjutkan, “Ya Rasulullah, orang Yahudi itu merupakan kaum pembual. Tanyakanlah kepada mereka tentang diriku sebelum mereka mengetahui ke-islamanku.” 

Tiba-tiba, muncullah kaum Yahudi. Nabi Saw bertanya, “Orang macam apakah Abdullah bin Salam itu?” 

Mereka menjawab, “Dia adalah orang yang paling baik di antara kami dan keturunan orang terbaik pula. Dia adalah orang yang paling utama di antara kami dan keturunan orang yang utama pula.” 

Tiba-tiba, keluarlah Abdullah menemui mereka seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.” 

Mereka berkata, “Dia adalah orang yang paling buruk di antara kami dan keturunan orang yang paling buruk di antara kami.”

Betapa besarnya hikmah ke-Islaman Abdullah bin Salam, sebab dari dirinya Rasulullah membongkar tabiat asli kaum Yahudi. Mereka dapat saja memutar-balikkan fakta, yang baik jadi buruk demi memperturutkan hawa nafsunya.

Sayyid Quthb pada Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 18 (2004: 61) menerangkan, mimpi buruk yang menimpa kaum Yahudi adalah masuk Islamnya pendeta dan ilmuwan mereka, yaitu Abdullah bin Salam. Allah telah membuka hatinya untuk Islam. kemudian dia masuk dan mengajak keluarganya, lalu mereka pun masuk Islam bersamanya. 




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah