Meeta Fauzan diapit dua model membawakan koleksinya di BISAFEST IPBM Bandung (12/6/23)/ Agung Hadiawan
Meeta Fauzan diapit dua model membawakan koleksinya di BISAFEST IPBM Bandung (12/6/23)/ Agung Hadiawan
KOMENTAR

DESAINER Meeta Fauzan menghadirkan koleksi terbaru yang mengadopsi trend forecasting 2023-2024 dalam sub tema Logic. Sebuah koleksi ready-to-wear yang juga bisa dijadikan ready-to-wear deluxe dengan menambah kekhasan Sunda berupa selendang.

“Pada dasarnya ini adalah busana resmi yang bisa dikenakan untuk bekerja, dan di saat pulang kantor ada undangan acara, penampilan kita bisa di-mix dengan selendang,” ujar desainer yang menampilkan karyanya dalam acara BISAFEST Ikatan Perancang Busana Muslim (IPBM) Bandung (12/6/2023).

Seiring dengan pandemi yang terkendali, Meeta memiliki beberapa rencana untuk menggelar fashion show di mancanegara. Salah satunya menurut Meeta, tampil di Paris bersama Indonesian Fashion Chamber. Namun saat ini, Meeta memiliki pertimbangan lebih sebelum memutuskan berangkat ke luar negeri.

“Saya ingin saat menggelar show di luar negeri, saya bisa membawa produk dalam jumlah banyak supaya penjualan lebih efektif. Karena itulah, sebelum memutuskan berangkat ke luar negeri, saat ini saya ingin memperkuat strategi marketing dulu. Saya ingin bisa scale-up ke lebih banyak kota di Indonesia dan harus tepat sasaran. Dengan demikian, dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang,” kata desainer berkacamata ini saat diwawancara Farah.id.

Meeta dikenal sebagai desainer yang aktif melestarikan khazanah budaya Nusantara melalui wastra tradisional, terutama yang mengangkat daerah asalnya, Jawa Barat.

Dengan kembali menggeliatnya industri fesyen Tanah Air pascapandemi yang ditandai mulai digelarnya sejumlah fashion event dari tingkat kota, provinsi, hingga skala nasional. Termasuk juga kegiatan promosi fesyen di mancanegara.

“Selama pandemi, saya alhamdulillah menjadi binaan sejumlah instansi. Pemerintah pada waktu itu memang mempunyai program penanggulangan pandemi untuk membantu pelaku ekonomi kreatif, jadi selama pandemi saya tetap mengikuti sejumlah pameran yang diadakan Dinas Perdagangan & Perindustrian, Kemenparekraf, Bank Indonesia, juga Kementerian Koperasi & UKM,” jelas Meeta.

“Karena itulah, setelah pandemi, saya harus memikirkan strategi untuk bisa mandiri, harus punya budget yang dianggarkan untuk kegiatan, karena sebelumnya saya mendapat bantuan,” imbuhnya.

Melihat tantangan di depannya, Meeta mengaku optimis. Meskipun menurutnya saat ini masyarakat masih menahan diri untuk berbelanja—salah satunya adalah fesyen, Meeta yakin dengan memperluas pasar (mencari costumer baru), dia akan tetap eksis dan semakin berkembang di industri fesyen.




Buah dan Sayur Sebagai Pengganti Skincare, Memang Bisa?

Sebelumnya

Mouna by Falasifa, Modest Wear Sporty-Casual yang Lahir dari Kedalaman Spiritual

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga